Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menasihati Tanpa Menyinggung Perasaan Orang

8 Maret 2021   20:44 Diperbarui: 8 Maret 2021   21:33 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Bukan Perkara Mudah

Menyarankan ataupun menasihati demi untuk kebaikan orang, tentu saja suatu tindakan yang sangat baik. Tetapi sesungguhnya tidaklah mudah memberikan nasihat, tanpa menyinggung perasaan orang ,Walaupun namanya :"menyarankan atau menasihati" tetapi sesungguhnya merupakan 11-12 dengan kritikan. Apalagi bila "nasihat" tersebut dikedepankan secara terbuka . Walaupun sama sekali tidak menyebut sebuah nama atau apapun yang dapat merujuk kepada sosok yang akan dikritik,tetap saja orang akan tahu kemana arah pembicaraan atau tulisan kita.

Apalagi bila saran dan keritikan tersebut disampaikan,sesungguhnya bukan dengan maksud demi kebaikan orang yang dikritik,tapi sebenarnya untuk mengedepankan bahwa diri kita lebih tinggi  dan lebih tahu dalam banyak hal.  

Diatas Langit Ada Langit

Karena itu ,sebelum mulai melangkah untuk menyampaikan saran dan kritikan terhadap orang lain,hal yang perlu dimatangkan terlebih dulu adalah belajar mengontrol diri,agar selalu rendah hati. Ingatkanlah diri kita,bahwa mungkin kita merasa diri kita paling pintar dalam bidang tertentu,tapi sesungguhnya diluar sana ada orang yang jauh lebih pintar ketimbang diri kita. 

Atau mungkin kita merasa diri kita kaya ? Percayalah,harta benda yang kita banggakan,boleh jadi bagi orang lain,hanya senilai uang recehan. Karena itu jalan  terbaik adalah tetap rendah hati.Terutama dalam menyampaikan saran dan nasihat,perlu dilakukan secara arif dan bjiaksana.Walaupun zaman sudah maju ,alangkah eloknya bila kita tetap menyampaikan dengan kalimat dan kata kata yang santun. 

Dalam setiap kesempatan mengajar,saya selalu mulai dengan kalimat pembuka:"Bapak ibu yang saya hormati" Walaupun terkesan kuno,tapi tidak akan ada yang tersinggung Ketimbang saya menggunakan kalimat mileneal :" Selamat pagi kalian semuanya!" Rasanya sangat tidak sesuai deengan kearifan kita sebagai bangsa Indonesia dan orang timur pada umumnya.Bahkan orang barat yang selama ini kita anggap kasar,karena menggunakan kata:"You" untuk tua dan muda..dalam menyampaikan pengumuman selalu menggunakan kalimat pembuka" Good morning Ladies and gentelmen, may I have your attention please"  Jadi tidak main tembak langsung:"Attention all of you!"

Hargailah Orang Lain Sebagaimana Kita Ingin Dihargai

Sebenarnya takarannya sangat sederhana,yakni :"Perlakukanlah orang lain,sebagaimana kita ingin diperlakukan." Dan :"Hargailah orang lain,sebagaimana kita ingin dihargai" Gampang kan?  Hindarilah mengatur ngatur bagaimana orang harus bersikap kepada kita. Apalagi sampai mengatur orang kalimat apa yang harus diucapkannya bila menyapa kita . Cukup dengan memberikan contoh dengan tindakan kita .

Apakah boleh dikatakan sebagai :"tepo saliro" saya kurang tahu. Seingat saya di kampung halaman saya ada peribahasa :"

  • nan kuriek lundi
  • nan sira sago
  • nan elok budi
  • nan indah baso

Yakni image tentang diri kita tercipta berdasarkan tutur kata dan tindakan kita 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun