Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelukan Terakhir

1 Februari 2021   13:53 Diperbarui: 1 Februari 2021   13:55 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ket.foto : tahun 2019 pertemuan terakhir/Dokumentasi pribadi

Dalam Genangan Air Mata 

Manusia boleh merencanakan ,tapi sebuah kepastian belum tentu menjadi kenyataan. Pelajaran berharga yang sudah sangat sering saya alami.Baru kemarin,saya menuliskan tentang rencana kami untuk bertemu sahabat kami pak Faisal Anwar,hanya tinggal kenangan abadi,karena hari Sabtu kemarin sudah tipanggil oleh Pemilik Kehidupan. 

Baru beberapa menit yang lalu, isteri saya menanyakan kepada salah seorang keponakan cucu kami yang tinggal di Tanah Kongsi,nomor telepon dari tetangga kami ,yang dulu  sama sama tinggal di Pasar Tanah Kongsi. Tapi jawaban yang diterima menyebabkan kami berdua jadi terpana. "Kiang sudah baru meninggal beberapa waktu yang lalu Oma" 

Kiang sesungguhnya teman bermain putra kami,semasa masih sama sama tinggal di Pasar Tanah Kongsi. Tahun 2019 ,saat ketemu,saya sama sekali tidak lagi mengenal dirinya,karena wajahnya tampak jauh lebih tua daripada usianya. Kisah hidupnya membuat kami berdua menangis.Dan kebetulan putra kami ada menitipkan sesuatu pada kami dan bilang:"Papa mama ,kalau ketemu teman teman saya yang perlu dibantu,tolong dikasihkan"

Setulus apapun niat hati untuk membantu orang yang menderita,tentu saja kita tidak mampu memikul beban hidup orang lain. Yang dapat dilakukan adalah berusaha untuk meringankan beban yang harus dipikulnya. Karena sesuatu yang mungkin bagi kita bernilai kecil,tapi boleh jadi bagi orang yang membutuhkan,dapat menyambung hidupnya . Tapi ternyata,itulah saat terakhir ,Kiang berada dalam pelukan saya dan kini ia sudah berada dalam pelukan Sang Pemberi Kehidupan. 

Penderitaannya di dunia ini sudah berakhir. Ia tidak lagi harus tidur diemperan toko orang ,seperti yang diceritakannya dan menunggu rasa iba dari orang yang mau mengulurkan tangan memberikannya sebungkus nasi.Kini Kiang sudah hidup bebas dari segala penderitaannya

Hidup ini Adalah Kesempatan

Minggu lalu,saya dapat pesan lewat WA dari salah seorang sahabat kami di Bandung. Dan saya jawab pesannya :"Terima kasih  Eni masih ingat kami ya.Salam hangat untuk suami tercinta" Tapi jawaban dari Eni  membuat saya tertegun:"Maaf ya Om.mungkin dulu pesan saya tidak sampai ya.  suami saya sudah sejak tahun lalu meninggal dalam usia 45 tahun. Mendadak sakit perut dan dilarikan kerumah sakit,tapi malamnya meninggal"

Semuanya ini merupakan pelajaran berharga bagi saya pribadi dan mungkin bagi kita semuanya. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi dimasa depan,bahkan hari esok. Lagi sebuah pelajaran hidup yang dapat saya petik.

Saya jadi ingat lirik lagu:

Hidup ini adalah kesempatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun