Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Uang Dapat Mengubah Sahabat Menjadi Musuh

24 Januari 2021   06:10 Diperbarui: 24 Januari 2021   07:04 2697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: bangkit.co.id

Berbagi Secuil Pengalaman Pribadi

Apakah baik atau tidak berbisnis dengan sahabat kita? Perlu penjabaran dan tidak dapat dijawab dengan "Yes or No". Kalau urusan bisnis hanya sebatas "jual beli putus" tidak masalah. Misalnya kita memproduksi sepatu  dan ada teman yang mau buka toko untuk jualan sepatu .Karena sesama teman, tentu tidak ada salahnya kita berikan diskon khusus. 

"Maunya kita" adalah kalau bisa berbisnis antar keluarga dan antar teman teman,dengan harapan akan saling menguntungkan dan aman dari segala tindakan tidak jujur. Tapi sayang sekali niat baik ,tidak selalu bertemu dengan niat baik dari orang yang selama ini kita sayangi dan kita hormati. Bukan mengedepankan apriori,tapi  menutupi apa yang sesungguhnya telah terjadi dan berpura pura ,seakan akan berbisnis antar sesama teman dan keluarga itu merupakan cara terbaik dan aman,akan mengajak orang masuk kedalam jurang kehancuran. 

Apa yang terjadi pada diri seseorang,tentu tak pantas dijadikan patokan,bahwa semua teman atau semua anggota keluarga akan lupa diri bila berhadapan dengan masalah uang, Tapi menutupi kebenaran dan hanya menonjolkan hal hal yang baik saja,sesungguhnya akan menjerumuskan orang banyak kedalam angan angan tak bertepi,yang kelak akan menuai kekecewaan dan hati yang terluka

Ingin Menolong Tapi Berbuah Kepahitan

Bukan dalam konteks pamer kebaikan diri,melainkan hanya semata mata berbagi pengalaman pribadi .Mengapa tak bosan bosannya bercerita tentang pengalaman pribadi? Karena kalau bercerita tentang orang lain,kita tidak tahu apa yang sesungguhnya telah terjadi. Apakah tidak membosankan atau bahkan membuat orang yang baca jadi mual mual,karena mengulangi kisah lama? 

Menurut pendapat saya, pelajaran berharga tak pernah akan basi, Contoh nyata :"Kejujuran adalah mata uang yang berlaku secara universal" Pelajaran kuno yang tetap relevan sepanjang masa

  • Memberikan pekerjaan kepada anak yatim piatu,bahkan sudah memperlakukannya sebagai anggota keluarga sendiri.Tapi kelak sosok yang disayangi ini justru membawa lari uang kami dalam jumlah besar
  • Tukang becak yang kami kasih modal,tanpa bunga tanpa bagi keuntungan,agar bisa mengubah nasib,ternyata uang yang dipinjamkan tanpa pamrih tidak pernah dikembalikan lagi'
  • Sahabat baik selama bertahun tahun ,yang diberikan kepercayaan penuh,kelak justru menghianati dan menyebabkan saya jadi orang tahanan
  • Sahabat baik,yang selalu mengatakan:"Effendi,you are my brother, believe me ,trust me" eee malah menghancurkan usaha saya 
  • Yang tidak punya kerja,kami kasihkan kerja dan kepercayaan,tapi ternyata melarikan diri dengan uang kami 

Ini hanya beberapa contoh aktual,bahwa kepercayaan yang overdosis,dapat mengubah sahabat baik dan orang yang disayangi menjadi monster yang menakutkan dan dapat menghancurkan hidup kami

Jangan Pernah Memberikan Kepercayaan yang Overdosis 

Kesimpulannya,menolong orang tentu saja sangat baik. Berbisnis dengan teman dan keluarga,juga tidak masalah,Yang penting jangan pernah memberikan kepercayaan yang overdosis dan harus ada aturan main yang tegas . Seperti kata peribahasa :"Kejahatan tidak terjadi hanya karena ada niat,tapi karena ada kesempatan"Dan kepercayaan yang overdosis ,secara tanpa sadar telah memberikan peluang terjadinya kejahatan

Saya juga ada mitra bisnis yang tetap menjadi sahahat hingga akhir hayatnya,yakni Mr.Ramesh asal India dan domisili di Singapore .Bahkan saking merasa dekat,Ramesh membawa istrinya untuk diperkenalkan kepada isteri saya. Masih ada lagi Koen Seng di Singapore yang tetap menjadi sahabat baik,hingga kini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun