Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Berkecukupan? Tetaplah Membumi

9 November 2020   05:01 Diperbarui: 9 November 2020   05:45 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena Kesombongan Hanya Akan Mempertinggi Tempat Kita Jatuh

Kalimat:" Hari esok mungkin bukan milik kita" ,bisa memiliki makna negatif ,tapi juga bisa dimaknai positif, tergantung dari sudut padangan kita.Tapi tulisan ini tak hendak membahas mengenai makna kata demi kata . Maksudnya  mengingatkan kita,bahwa walaupun kita sukses dan hidup berkecukupan,tetaplah rendah hati. Karena tidak seorangpun yang dapat memastikan ,apa yang  akan terjadi esok hari. Karena itu lahirnya sebuah peribahasa :"Yesterday is a history and to morrow is a mystery " Orang yang hari ini berdiri dihadapan kita mungkin saja hanya office boy,tapi sepuluh tahun yang akan datang,boleh jadi sudah menjadi  seorang Pengusaha yang jauh lebih mantap kehidupannnya dibandingkan dengan diri  kita.

foto-bersama-anak-anak-2-5fa867ded541df4a012e9ab2.jpg
foto-bersama-anak-anak-2-5fa867ded541df4a012e9ab2.jpg
Mari Kita Belajar Dari Berbagai Kejadian

Untuk dapat menjadi bahan pelajaran hidup yang berharga bagi diri ,tidak perlu kita berselancar di google. Karena kita berada dalam Universitas Kehidupan,yang mengajarkan kita tentang berbagai ilmu hidup. Antara lain,bahwa kesombongan hanya akan mempertinggi tempat jatuh. Hal ini sudah sangat sering terjadi disekitar kita. Tapi boleh jadi kesibukan dalam berpacu mencari reseki ataupun berlomba mencari popularitas diri menyebabkan kita melupakan hal penting ini. 

dokpri
dokpri
Saya tidak ingat lagi,apakah sudah pernah menuliskan tentang ,mantan boss dan orang kaya raya di kota kelahiran saya,kelak saya jumpai menjadi pemulung kardus bekas di Jakarta. Saya jadi merinding membayangkan hal ini. Bagaimana mungkin orang sekaya itu,bisa menjadi seorang Pemulung? Pasti ia bukan sedang bermain sandiwara,melainkan sedang menjalani karmanya. Karma yang saya maksudkan disini adalah hukum causaliteit ,yakni hukum sebab dan akibat. Akibat kesombongannya,maka orang yang dulunya punya rumah mewah ,mobil mewah dan di hormati orang sekota Padang,kelak dihari tuanya menjadi pemulung. Hal ini saya jadikan pelajaran berharga dan sekaligus menjadi alaram bagi saya,agar jangan pernah menyombongkan diri,hanya karena merasa diri kita sudah hidup mapan.

ket.foto:menjadi sahabat anak anak/dokpri
ket.foto:menjadi sahabat anak anak/dokpri
Tetaplah Membumi

Kami bersyukur ,setelah sempat merasakan pahit getirnya kehidupan dan mereguk rasa hidup yang melebihi pahitnya empedu ,selama bertahun tahun,akhirnya kami dapat menikmati hidup dalam berkecukupan di hari tua kami. Tempat tinggal di tepi pantai,mobil baru dihadiahkan oleh putra kami dan setiap bulan,rekening bertambah dari transfer anak anak kami.Mau apa lagi? Semua limpahan berkat Tuhan ini,menghadirkan rasa syukur yang mendalam dan sekaligus menjauhkan kami dari keangkuhan diri. Kami membuka diri untuk bersahabat dengan siapa saja dan setiap kali kesempatan pulang kampung,mengudang teman teman ,baik sahabat lama,maupun yang baru kenal di dunia maya ,untuk bisa saling bertemu dan mempererat hubungan persahabatan

Still humble. Dengan menjalani hidup rendah hati,maka kita ibarat berjalan ditanah datar. Bila  suatu waktu,entah karena apa,kita terjatuh,maka dalam seketika kita bisa bangkit berdiri lagi. Tapi bila kita hidup dalam keangkuhan diri,maka dapat dianalogikan bagaikan orang yang berjalan dipinggir jurang .Sekali tergelincir,tak ada lagi kesempatan untuk bangkit 

Bersalaman dengan Pejabat tinggi ,bahkan dengan Presiden ,tidak akan menyebabkan kita secara serta merta menjadi orang penting.Sebaliknya,bersalaman dengan office boy atau dengan tukang potong rumput,sama sekali tidak mengurangi harkat diri kita.Bukankah begitu teman teman?

Hanya sebuah renungan kecil,sambil mereguk secangkir kopi hangat 

Burns Beach, Western Australia ,9 November, 2020

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun