Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Harus Membenci?

30 Oktober 2020   05:09 Diperbarui: 30 Oktober 2020   05:12 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebencian Hanya Akan Menghancurkan Hidup Kita

Entah sudah berapa banyak contoh contoh hidup bahwa orang yang hidup dalam kebencian,hidupnya akan berakhir dalam duka nestapa. 

Tapi amat disayangkan ,bahwa pada umumnya,orang tidak mau memetik pelajaran berharga dari berbagai kejadian dan kemudian mengulangi melakukan kesalahan yang sama,yakni memelihara kebencian dalam dirinya.

Kebencian tidak akan dapat dipupus dengan kebencian ,malahan akan menghadirkan kebencian yang lebih mendalam. Sebuah kemarahan saja,sudah cukup membuat diri kita menderita. 

Sebagai analogi yang sederhana. saat kemarahan karena dihina orang ,dibawa pulang kerumah ,maka sejak saat itu suasana hati kita telah dinodai sampah batin. 

Wajah kita menjadi tidak enak dilihat. Kalau biasanya makan bersama keluarga sambil bersenda gurau,selama kemarahan masih meracuni diri,kita makan dalam diam. 

Bahkan perangai kita juga ikut berubah. Biasanya anak anak ramai bermain dalam rumah,tapi kini ketawa dan senda gurau mereka ,sudah mampu memicu kemarahan kita. 

Tak ubahnya bagaikan orang yang lagi sakit gigi,semua tampak salah. Selama kemarahan masih membelenggu pikiran dan hati ,kita tidak lagi mampu  berdoa dengan baik. 

Mungkin saja masih terus berdoa seperti biasa,tapi tak lagi bernilai,karena hanya ibarat kaset yang diputar ulang,karena  kita berdoa tidak lagi dengan hati,melainkan hanya dengan mulut .

Apalagi Bila Kemarahan Dibiarkan Tumbuh Menjadi Kebencian

Kemarahan yang terus dibiarkan akan tumbuh dan bermetamorfosa ,serta berubah ujud menjadi kebencian. Bila hal ini terjadi,maka sejak saat itu seluruh hari hari kita jalani dengan tawar dan kegetiran  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun