Berkaca Pada Kehidupan Nyata
Dalam berinteraksi dengan lingkungan atau dengan siapa saja kita bertemu lazimnya orang akan saling menyapa dengan kalimat yang di copy paste, yakni "Selamat pagi. pak/bu, apa kabar?" Begitu juga di Australia, orang saling menyapa dengan kalimat "Good morning. How are you today?" Hampir setiap ketemu orang yang dikenal maka sapaan yang di copy  paste tadi hampir selalu digunakan..
Sapaan baru berubah bila bertemu orang yang dikenal dengan baik baru sapaan berubah ujud, misalnya "Selamat pagi mbak, mau kemana nih? Hati hati di jalan ya?"Â
Sapaan berbeda lagi bila kita berpapasan dengan sanak keluarga atau sahabat dekat,, maka yang diucapkan tentu saja tidak hanya sekedar sapaan "copy paste" yakni "Selamat pagi " Tapi boleh jadi dengan sapaan yang akrab bahkan mungkin bersifat pribadi "Kemarin kok nggak datang mbak? Lupa ya?" Dan seterusnya
Kilas Balik Dalam Kehidupan di Dunia Maya
Walaupun disatu sisi adalah gambaran kehidupan di dunia nyata dan satu lagi di dunia maya, sesungguhnya yang berbeda hanyalah masalah pertemuan secara face to face dan perjumpaan secara virtual.
Sedangkan tatakrama dalam saling sapa tidak ada yang berubah. Bila bertemu dengan tetangga yang baru dikenal dan terus disapa dengan sapaan akrab "Halo mbak, pagi pagi sudah keluar rumah mau kemana nih?" Maksud mau berbaik hati, bisa salah diterjemahkan  dan terkesan bersikap "sok akrab"
Hal yang sama berlaku juga di negeri orang. Seperti kami di Australia, bila hanya saling kenal dan belum akrab maka sapaan standard adalah "Good morning Sheilla. How are you today?" atau "Good morning Jack. Have a nice day" Kalau terhadap orang yang belum akrab kita sudah nanya "Mau kemana pagi pagi ini? Atau "Yang bersama anda itu istri anda ataukah pacar anda?" Tentu saja, sapaan ini jauh dari kearifan hidup. Karena kepo mau tahu urusan pribadi orangÂ
Mari Kita Saling Menyapa Sesuai Gaya Masing masing
Karena itu dalam pergaulan kita didunia tulis menulis alangkah eloknya bila kita saling menyapa dengan gaya masing masing dan tidak perlu mengatur bagaimana orang harus menyapa kita. Bukankah begitu? Ada yang memanggil saya dengan panggilan "pak Tjip" atau "Om" dan ada yang memanggil dengan sebutan "Opa" bahkan "Ayahanda'. tentu saja saya sangat senang karena merasa sangat dihargai. Ketimbang disapa dengan panggilan "Lu " atau" kamu", kalian "atau "waang", maupun"kowe" hehehe
Sebagai penutup tulisan kecil ini, saya jadi ingat akan pesan kuno, yakni "Daripada sibuk mengatur bagaimana orang harus melangkah, alangkah eloknya bila kita fokus pada langkah sendiri?"
Tjiptadinata Effendi