Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hati Adalah Cermin Jiwa

20 Juni 2020   05:16 Diperbarui: 20 Juni 2020   07:00 1275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.awesomequotes4u.com

Pikiran Adalah Representative Dari Egoisme

Dengan membuka hati kita akan melihat jalan menuju kearifan hidup.Menjadarkan kita bahwa mengetahui bukanlah berarti memahami Dan memahami bukan berarti menghayati .Mengetahui dari apa yang tersurat akan menghadirkan pengetahuan .Mengetahui dari sesuatu yang tersirat akan menemukan penghayatan .Dan bila kita mampu mengaplikasikan apa yang kita hayati dalam setiap aspek kehidupan.maka kita akan menemui kearifan hidup

Membaca alinea  diatas ,hampir dapat dipastikan kening kita akan berkerut ,mencoba menelaah, apa sih maksudnya ? Rasanya kalimat demi kalimat di ukir ukir agar tampak elok dan indah,tapi apa arti dan makna sesungguhnya,masih kabur dan tak terbaca. Tapi seperti itulah kenyataaannya ,bahwa secara umum,orang sudah terlanjur menempatkan ungkapan ungkapan yang "wah" ditempat terhormat ,karena seakan melambangkan sebuah kesalehan diri

Menjadikan Hidup Kita Berarti

Hidup itu sendiri sudah sulit,terus mengapa harus dipersulit lagi dengan menghabiskan waktu merenungkan kalimat kalimat yang hanya tampak "wah"tapi sesungguhnya arti dan maknanya,mungkin tidak dipahami oleh yang menuliskannya. Dari seluruh alinea yang dituliskan diatas,sesungguhnya password nya hanya satu kata ,yakni :"Open Heart" atau "Membuka hati" Setiap aksi ,akan menimbulkan reaksi .tapi aksi yang akan ditimbulkan akan berbeda total,tergantung dimana kita mencari jawabannya.

Sebagai contoh:

Malam sudah larut.Diluar hujan lebat.Tiba tiba pintu rumah diketuk berulang kali dan sayup sayup terdengar suara seseorang memanggil manggil Makin lama suara ketukan dipintu ,menjadi gedoran . Maka dengan kaget kita terbangun dan berjalan menuju ke pintu rumah ,sambil dengan suara serak bertanya :" Siapa diluar?"

"Maaf pak, saya Indah tetangga,mau minta tolong pak"  Ketika pintu di buka ,tampak bu Indah tetangga datang dengan tubuh gemetaran karena kehujanan ,sambil berkata :"Mohon maaf pak, putri saya Yeni  demam tinggi,suami sedang bertugas di luar kota  Boleh tolong  antarkan ke dokter pak "    Nah,kalau kita bertanya kepada pikiran kita,maka jawaban dari pikiran adalah :" Aduh bu, saya lagi demam bu,apalagi nih kan hujan lebat.Telpon taksi saja ya bu. Atau bu Indah mau saya bantu telponkan uber ...dan seterusnya bla bla bla "  Tapi kalau kita bertanya kepada hati kita,maka jawabannya adalah :"Baik bu. sebentar ,saya keluarkan kendaraan ya bu"

Jawaban dari diri yang sama ,tapi berbeda total

Inilah gambaran sangat sederhana,bahwa dari diri yang sama,akan menghasilkan jawaban yang bertolak belakang. Karena pikiran adalah identik dengan egoisme kita dan selalu bertanya balik:"Emangnya ada urusan apa dengan saya ,kalau puteri nya sakit dan seterusnya "

Tapi hati kita akan menjawab :" Kalau saya bisa menolong orang ,mengapa tidak ?" Ketika saya terkapar dijalan raya akibat kecelakaan dan tak sadarkan diri ada saja orang yang menolong saya,padahal saya tidak bisa lagi minta tolong ,karena tidak sadar diri  .Apalah arti hidup saya,kalau saya hanya hidup untuk diri sendiri ?    Hanya sebuah renungan kecil,jelang matahari terbit 

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun