Baru Merasa Sadar Bila Sudah Kehilangan
Pagi ini saya mau menuliskan catatan kecil di secarik kertas,tapi entah dimana terselipnya ball point, saya sudah lupa. Padahal sama sekali tidak pikun.
Selama ini benda yang namanya pensil atau ball point ini,saya anggap sudah tidak lagi dibutuhkan,karena kini semua ditulis dengan tehnik digital. Menulis artikel dengan menggunakan laptop, mengirim surat lewat email dan kirim pesan singkat via WA atau messesnger.Â
Sehingga kedua benda yang sudah diangggap kuno tersebut, saya biarkan tergeletak secara sembarangan. Baru sadar, ketika saya perlu untuk menuliskan sebuah catatan pada sampul surat.Â
Laci meja sudah saya bongkar semuanya,tapi baik ball point maupun pensil ,ternyata raib entah kemana,terselip. Mau beli ? Harganya memang cuma 1 dolar.tapi kan harus ganti pakaian, keluarkan kendaraan dan seterusnya?Â
Hal ini bukan baru kali ini terjadi, tapi sudah tidak terhitung kalinya, tapi entah mengapa, saya masih terus mengulangi kesalahan yang sama, yakni baru sadar saya butuh ball point, di saat saya perlukan.
Kembali ke Judul Tulisan
Ternyata mengulangi melakukan kesalahan ,bukan hanya terjadi dalam hal hal sepele,tapi juga menyangkut hal hal yang penting. Saking sibuknya mengejar impian, sehingga membuat saya lupa diri.Â
Rasanya mendapatkan keuntungan dalam berbisnis,pada masa itu merupakan satu satunya hal yang paling penting,sehingga saya jarang berkunjung ke rumah saudara saudara saya. Baru kelak,setelah dari 11 orang, yang tersisa hanya saya dan kakak perempuan saya Yanita Effendi yang kini tinggal di Cijerah Bandung, saya sadar telah kehilangan 9 orang adik kakak saya.Â
Meratapi apa yang sudah tiada,tidak akan membuat yang sudah meninggal bangkit lagi. Adik adik dan kakak kakak saya sudah berangkat dengan menggunakan one way ticket with no returns. Mereka tidak pernah lagi akan kembali.
Kilas Balik Bagi Kita Semua