Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inilah Komentar Paling Sadis tentang Banjir di Jakarta

3 Januari 2020   09:40 Diperbarui: 3 Januari 2020   09:43 3736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Berbuat Maksiat atau Tidak, Semua Kena Azab Banjir, Mending Sekalian Berbuat Ah"

Setiap kali terjadi bencana ataupun petaka yang menimpa orang lain ,selalu ada saja orang yang menjadikannya bahan olok olokan. Kami sudah pernah merasakannya saat kedua keponakan kami Ferry Indra dan Hery Indra, yakni anak kakak kandung saya yang tinggal di Cijerah Bandung kehilangan kedua putranya secara misterius karena MH370 yang ditumpangi mereka hilang tak tentu rimbanya. 

Di saat keluarga besar kami sedang berduka bertubi tubi, berita hoaks masuk, misalnya "Pesawat dan seluruh penumpang sudah ditemukan dalam keadaan selamat "atau "Pesawat MH370 hancur ,tapi sebagian penumpang selamat". Dan kemudian diikuti dengan komentar "heheheh". Alangkah menyakitkan rasanya kehilangan orang orang yang dicintai dijadikan olok olokan.

Banjir di Jakarta Dijadikan Sumber Olok Olokan
Bagi yang belum pernah merasakan akibat banjir  dalam situasi kondisi ekonomi keluarga sedang morat marit, mungkin sama sekali tidak merasa bersalah menjadikan banjir di jakarta, menjadi bahan humor murahan. Tapi bagi kami yang sudah pernah merasakan berkali kali hidup dalam genangan banjir dan tidak ada sepotong makanan di rumah yang dapat dimakan, sementara anak yang sedang terbaring sakit, terpaksa digendong dan dibawa ke atas atap untuk menghindari banjir. Olok olokan ini, sungguh terasa sangat menyakitkan.

Apalagi ada yang begitu tega menuliskan komentar sadis, "Berbuat maksiat ataupun tidak, semua warga Jakarta terkena azab banjir, mending sekalian berbuat aja ah".

Kata orang, manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia di seluruh jagat raya. Tapi membaca postingan sadis ini, terus terang saya jadi bertanya dalam hati, "Seperti inikah mahkluk paling mulia itu?"

Tak elok menghakimi orang yang tertimpa musibah sebagai azab. Jangan lupa bahwa tsunami dan gempa menghancur leburkan semua rumah ibadah, tanpa memilah milah. Apakah hal ini berarti bahwa semua umat agama berbuat maksiat, sehingga harus menerima azab? Orang yang memposting komentar semacam ini mungkin merasa dirinya adalah sosok yang sholeh tanpa dosa.

Pupusnya Rasa Berempati 
Sungguh menyesakan rasa di dada membaca postingan di berbagai media dan WAG, khususnya yang menjadikan banjir di Jakarta sebagai lelucon murahan.

Dan tentu saja tidak patut saya saling postingan jorok dan sadis semacam itu. Dan tidak perlu menuliskan namanya karena hanya akan menyebabkan saling berargumentasi yang hanya akan memperparah keadaan.

Kalau kita tidak dapat membantu meringankan beban orang yang sedang ditimpa bencana, alangkah baiknya kita berdiam diri dan jangan menambah derita mereka dengan postingan yang melukai perasaan orang.

Sebuah renungan di awal tahun baru 2020

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun