Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Suami Tidak Lagi Menjadi Pelindung bagi Istri

3 Mei 2019   07:38 Diperbarui: 3 Mei 2019   08:00 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: piterest/CynthiaEReid 

Pasangan lanjut usia telah menikah selama lebih dari 50 tahun dan baru saja pindah ke desa pensiun independen perumahan setelah lebih dari empat dekade tinggal di rumah yang sama di Ferny Creek.

 sumber berita :https://www.watoday.com.au/national 

catatan tambahan:

Mengingat keduanya tinggal di perumahan Senior, maka berarti dari segi ekonomi mereka tidak berkekurangan. Karena untuk tinggal di perumahan pensiunan yang independen (bukan panti jompo) setidaknya mereka memiliki dana yang cukup untuk membeli satu unit rumah disana, yang paling rendah senilai 300 ribu dolar atau setara 3 miliar rupiah. 

Perumahan ini dilengkapi dengan fasiitas klinik kesehatan,pertemuan antar  warga dan berbagai kegiatan sosial. Dari segi tatanan hidup,dapat dikatakan mereka tinggal menikmati masa tuanya,karena fasilitas lengkap dan setiap 2 minggu sekali mendapatkan tunjangan dari pemerintah. Jadi alasan ,karena desakan ekonomi ,jelas bukan alasannya.

Apa sesungguhnya yang menjadi penyebab ,sehingga pria berusia 88 tahun ini, begitu tega menghabisi nyawa wanita yang telah menemaninya sejak masih muda,masih menunggu hasil keputusan pengadilan. 

Kalaulah benar ,kakek ini terbukti melakukan tindakan keji terhadap istrinya,maka semakin membuat kita malu,untuk menyebutkan bahwa manusia adalah makluk paling mulia. Karena kalau seorang suami, yang sudah hidup bersama dengan wanita yang menjadi istrinya selama lebih dari 50 tahun,tidak lagi dapat diyakini sebagai pelindung bagi istrinya,terus siapa lagi?

Melbourne,3 Mei 2019

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun