Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memilih Hidup di Zona Aman, Harus Siap Hidup dalam Zona Tidak Nyaman

9 Februari 2019   08:41 Diperbarui: 9 Februari 2019   09:16 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
keterangan foto: disinilah dulu kami menjalani hidup bersama putra kami ,yang pada waktu itu baru satu orang/dok,pribadi

Kondisi aman dan nyaman, tidak secara serta merta berjalan sejajar. Boleh jadi ada tempat dimana kita merasa aman tapi belum tentu di ikuti dengan rasa nyaman. Begitu juga sebaliknya, kondisi yang dianggap paling nyaman belum tentu menjanjikan  situasi yang aman. 

Sebagai contoh paling sederhana adalah, ketika menggunakan jasa penerbangan entah apapun nama maskapai penerbangannya maka pada umumnya bilamana kondisi keuangan memadai orang rela membayar mahal agar bisa duduk dibaris terdepan. Bahkan tidak jarang orang mau membayar dua hingga tiga kali lipat dari harga tiket, agar bisa menempati bisnis kelas . 

Karena fasilitas yang disediakan menjanjikan rasa kenyamanan bagi para  penumpang yang menempatinya. Secara pribadi, kami sudah pernah menikmati kondisi nyaman ini sebanyak 3 kali karena tiket dibelikan oleh putra kami. Rasanya adem banget dan nyaman, menempati kursi ekstra empuk yang disertai layanan istimewa, boleh minta minuman dan makanan kapan saja kita inginkan. 

Tetapi ternyata menurut hasil survei yang diberitakan di majalah Senior Weeks yang diterbitkan di Australia hasil dari penelitian selama 43 tahun mengedepankan data data yang justru bertolak belakang, yakni  dari setiap kecelakaan pesawat yang telah terjadi puluhan kali di dunia ternyata justru yang paling banyak selamat justru yang duduk dibarisan kursi bagian belakang. 

Dari hasil penelitian tersebut, dikatakan bahwa sekitar 70 persen penumpang yang duduk dikursi paling belakang  berhasil keluar dengan  selamat dalam berbagai kecelakaan pesawat.

Padahal duduk dibaris paling belakang walaupun paling aman pasti akan sangat tidak nyaman. Karena  kalau terjadi goncangan pada badan pesawat, entah karena berada diantara awan awan yang tebal ataupun karena cuaca buruk maka yang paling merasakan goncangannya adalah para penumpang yang duduk dibarisan paling belakang.  

Mana yang akan kita pilih? Sejujurnya, bila kita boleh memilih walaupun sudah ada hasil penelitian bahwa duduk dibarisan paling belakang adalah yang paling aman namun kita tetap saja ingin menempati kursi paling depan, karena dapat menikmati suasana nyaman,selama penerbangan.

nostalgia di tempat tinggal kami di pasar tanah kongsi 50 tahun lalu/dokpribadi
nostalgia di tempat tinggal kami di pasar tanah kongsi 50 tahun lalu/dokpribadi

Menyaksikan Fakta Dibidang Kehidupan Lain

Beberapa hari lalu ketika kami berdua melakukan napak tilas ke tempat dimana kami dulu pernah tinggal selama bertahun tahun, yakni Pasar Tanah Kongsi. Kami sangat terenyuh menyaksikan kehidupan rata-rata orang yang tinggal dan hidup disana. Generasi yang usianya setingkat kami sudah lama tiada. 

Ketika saya mencoba menyebutkan beberapa nama tetangga kami sewaktu tinggal di sini dulu, mereka menjawab dengan wajah sedih dan menggelengkan kepala. Saya paham apa arti bahasa isyarat tersebut. Karena itu saya mulai menyebutkan nama nama  tetangga kami yang dulunya masih anak-anak.  "Maaf Gek Mo dimana tinggal sekarang?" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun