Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menjadi Diri Sendiri adalah Pilihan Terbaik

3 Januari 2019   09:36 Diperbarui: 3 Januari 2019   09:51 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Sesungguhnya menjadi diri sendiri merupakan pilihan hidup yang terbaik. Tampil apa adanya dan tidak perlu sibuk kasak-kusuk untuk menutupi identitas kita yang sesungguhnya.

Tidak mengapa semua orang tahu bahwa diri kita seperti apa adanya. Hidup menjadi diri sendiri adalah hidup tanpa beban. Inilah diri saya. Apa adanya.

Kalau setelah berjumpa dengan kita dan orang mengetahui bahwa diri kita bukan siapa-siapa dan tetap masih menjalin hubungan persahabatan, maka itu sahabat terbaik. Karena seleksi alam dengan sendirinya memilih mana yang sesungguhnya sahabat dan mana yang hanya memanfaatkan: setelah mengetahui bahwa diri kita bukanlah sosok yang dibutuhkannya, maka mungkin saja setelah perjumpaan pertama, tidak akan ada lagi perjumpaan berikutnya. 

Dengan  menjadi diri sendiri, maka kita tidak perlu sibuk menutup-nutupi hal-hal, yang mungkin dianggap: "aib" bagi orang lain, seperti misalnya. bahwa diri saya berasal dari keluarga miskin. Bahwa almarhum ayah saya hanya seorang Sopir Truk dan almarhum ibu saya hanya tamatan dari Madarasah di salah satu desa di Kota Payakumbuh.

Saya tidak perlu  was-was, bila tiba-tiba ada teman yang berkunjung ke rumah dan mengetahui bahwa diri saya bukan berasal dari kalangan atas, melainkan cuma orang biasa dan bukan siapa-siapa

Ingin Menjadi Orang Lain

Cukup banyak orang yang  ingin menjadi seperti orang lain. Hal ini disebabkan karena kurangnya rasa percaya diri, sehingga perlu menutupi identitas diri yang sesungguhnya, agar tidak diketahui orang lain.

Maka sejak saat itu, bayangkan, betapa sibuknya orang dengan tipe seperti ini. Mulai mengarang berbagai kisah kebohongan untuk menciptakan imej sesuai dengan gambaran sosok yang diinginkan. Tiada hari tanpa kebohongan. Karena hanya untuk menutupi kebohongan pertama yang sudah terlanjur menjadi viral, maka orang perlu berbohong berkali-kali lagi demi untuk menutupi kebohongan pertama.

Sesungguhnya, setiap orang sudah mengetahui resiko daripada berbohong. Tetapi entah kenapa tetap saja terbukti bahwa berbohong memiliki daya magnit yang mampu melumpuhkan akal sehat.

Semakin lama, orang akan semakin tenggelam dalam berbagai kebohongan, hingga tiba ke satu titik hingga kelak dirinya sendiri percaya dan yakin bahwa kebohongan yang diciptakannya sebagai sebuah kebenaran.

Alangkah menyedihkan menjalani hidup dengan berusaha menghadirkan sosok orang lain dalam dirinya sendiri. Sehingga dirinya sejati telah tenggelam dan harus melalui hidup dengan berganti topeng demi topeng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun