Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tebar Pesona Bermetamoforsis Menjadi Tebar Kebencian?

9 November 2018   18:21 Diperbarui: 9 November 2018   19:19 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : shutterstock

Satu orang yang berbuat  terus menyulut "rasa solidaritas" dan mulai mulai melakukan berbagai  tindakan anarkis dengan mengangkat slogan solidaritas bela ini dan itu, membela partai, membela kepentingan kelompok dan berakhir secara tragis.

Satu kata saja dapat membuat orang tidak bersalah kehilangan hidupnya, karena orang sudah dikuasai hawa nafsu kebencian. Cukup bila ada yang meneriakan "Orang ini menghina agama kita!", maka dalam hitungan detik, sosok orang yang mungkin sama sekali tidak tahu apa-apa, harus jadi tumbal dari kebencian yang membabi buta.

Kita menangis menyaksikan orang-orang yang ditokohkan ataupun menokohkan diri sendiri, melakukan tebar kebencian dengan dalil bela keyakinan. Kini tebar senyuman, sudah berubah wujud menjadi tebar kebengisan.

Tulisan ini hanya merupakan ungkapan rasa khawatir, karena merasakan hawa kebencian sudah merasuk hingga ke sumsum tulang. Bahkan kaum wanita yang secara kodrat adalah makluk yang lemah lembut dan penuh kasih sayang, kini merasa bangga menampilkan kekerasan di depan umum.

Lalu apa yang dapat kita lakukan? Satu-satunya cara adalah menahan diri untuk tidak ikut larut dan hanyut dalam suasana kebencian dan menjaga anggota keluarga kita, agar jangan sampai terkontaminasi dengan virus kebencian yang kini sedang melanda negeri kita. Walaupun hal ini tidak menjadikan kita pahlawan bangsa, tapi setidaknya kita sudah berbuat sesuatu untuk mencegah terjadinya saling bunuh antara kita.

Sepertinya Ramalan Kartini Benar Terjadi?
“Ya Tuhan, kadang-kadang saya berharap, alangkah baiknya, jika tidak pernah ada agama. Sebab, agama yang seharusnya justru mempersatukan semua manusia, sejak berabad-abad menjadi pangkal perselisihan dan perpecahan, pangkal pertumpahan darah yang sangat ngeri.Orang-orang seibu-sebapa ancam-mengancam berhadap-hadapan, karena berlainan cara mengabdi kepada Tuhan yang Esa dan yang sama.Orang-orang yang berkasih-kasihan dengan cinta yang amat mesra, dengan sedihnya bercerai-berai. Perbedaan gereja, tempat menyeru kepada Tuhan yang sama, juga membuat dinding pembatas bagi dua hati yang berkasih-kasihan.

Betulkah agama itu berkah bagi umat manusia? Agama yang harus menjauhkan kita dari berbuat dosa, justru berapa banyaknya dosa yang diperbuat atas nama agama itu!
 (Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902 (dikutip dari blog forum lintas batas)

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun