Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengadu Nasib dengan Mempertaruhkan Rumah Tangga

9 Maret 2018   12:04 Diperbarui: 9 Maret 2018   12:24 1216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://depositphotos.com


Mau Tetap Mengambil Resiko?
Rasanya semua orang sudah tahu ,resiko bila salah satu dari pasangan hidup merantau keluar negeri. Tentu kita tidak boleh mengeneralisir ,bahwa semua orang yang kerja diluar negeri, pulangnya pasti bermasalah dengan keluarganya. Namun kita tidak dapat menutup mata,bahwa akibat suami atau istri mengadu nasib keluar negeri selama bertahun tahun,berakhir dengan hancurnya rumah tangga mereka.

Ada suami yang terpikat wanita lain dirantau dan kemudian diam diam menikah disana dan tidak pulang lagi. Sebaliknya ada juga istri yang merantau,tapi kecantol pria lain di negeri orang dan menikah disana. Akibatnya,niat awal yang mulia,yakni ingin mengubah nasib keluarga,malah hasilnya adalah menghancurkan rumah tangga sendiri.

Hidup Itu Bersifat Realistis

Awalnya,karena saking cinta pada keluarga,maka salah satu pasangan dengan ikhlas meninggalkan rumah tangga ,untuk bekerja diluar negeri. Jauh dari keluarga ,bukan hanya dalam hitungan hari,melainkan dalam hitungan tahun,maka godaan bisa datang dari mana saja.

Dalam kondisi yang kesepian,jauh dari keluarga,ada sosok yang mau mendengarkan curhat dan siap memberikan bantuan. Lama kelamaan,secara tanpa sadar,terjalinlah hubungan batin yang semakin akbrab.Hingga suatu waktu, rambu rambu kehidupan yang berlaku bagi orang yang sudah berkeluarga dilanggar.Maka terjadilah ,apa yang seharusnya tidak boleh terjadi.

Maka niat awal ingin membawa pulang berkat dari hasil kerja keras di negeri orang, bisa berubah menjadi  sebuah kutukan. Memang benar ,hidup adalah sebuah kesempatan. Namun seiring dengan itu,hidup juga merupakan sebuah pilihan. Karena apa yang dipilih hari ini,kelak akan menjadi hidup kita.

Setiap pilihan,mengandung sebuah harapan dan sekaligus resiko. Bilamana resikonya adalah kemungkinan gagal ,tidak menjadi masalah,karena untuk mengubah nasib,memang orang harus berani mengambil resiko.Akan tetapi,apabila resikonya adalah mempertaruhkan keutuhan rumah tangga,maka perlu dan penting,untuk dipikir ulang secara matang dan arif.

Mengubah Nasib Tidak Musti Keluar Negeri

Sesungguhnya,untuk mengubah nasib,tidak musti harus kerja diluar negeri. Di dalam negeri kita sendiri,ada banyak jalan dan cara yang dapat ditempuh untuk memperbaiki nasib keluarga. Sehingga tidak harus pikiran tertumpu semata mata untuk merantau ke negeri orang. Kalau bagi yang masih lajang,tentu saja bebas mau kerja di negeri manapun.Karena kalaupun kecantol dengan pria atau wanita di negeri orang,tidak menjadi masalah.Tinggal meresmikannya melalui sebuah pernikahan.

Namun bagi yang sudah berkeluarga, alangkah baiknya,bila berpikir ulang kembali, Apakah siap untuk menjadikan rumah tangga kita,taruhannya ? Jangan lupa,bahwa semua orang butuh uang,tapi uang bukan segala galanya dalam hidup ini.Perlu pemikiran dan pertimbangan yang matang,agar jangan sampai salah dalam melangkah.

Mengejar uang yang belum tentu akan didapat,namun dengan mempertaruhkan keutuhan rumah tangga ,adalah sebuah langkah yang keliru.
Namun setiap orang adalah  "desicion maker" atau pembuat keputusan atas hidupnya sendiri. karena tidak seorangpun di dunia ini,yang berhak mendiktekan pilihan masing masing.Begitu juga dengan tulisan ini,hanyalah sebuah masukan saja


Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun