Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hindari Terjebak dalam Kehidupan Mapan yang Semu

23 November 2017   07:37 Diperbarui: 23 November 2017   20:24 8961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Depositphotos

Pengertian Hidup Mapan itu Berbeda

Kalau di Indonesia, bila dalam satu keluarga di halaman rumahnya terpajang 3 atau 4 kendaraan roda empat sudah dipastikan bahwa penghuni rumah adalah orang orang yang sudah hidup mapan. Akan tetapi lain negeri lain pula dalam cara menilai. Bagi orang Australia di satu rumah ada 4 atau 5 mobil hal itu sama sekali tidak bermakna apa apa. Karena di sini semua orang punya mobil.

Tukang potong rumput, tukang pel lantai, tukang batu dan semua pekerja kasar lainnya rata rata memiliki kendaraan pribadi. Bahkan khusus tukang rumput dan tukang buang sampah memiliki dua kendaraan. Yang satu untuk digunakan bagi keperluan operasional yakni membawa peralatan kerja dan membuang sampah dan satu lagi untuk keperluan keluarga.

Mahasiswa di sini rata rata bekerja paruh waktu sehingga dalam waktu 3 bulan kerja sudah dapat membeli mobil bekas yang masih layak pakai. Kendaraan manual buatan tahun 2000 dapat dengan mudah dibeli dengan harga 1.500 dolar atau senilai 15 juta rupiah.

Di rumah putra kami ada 6 kendaraan roda empat. Masing masing milik putra kami, istrinya dan 3 orang anaknya serta kendaraan kami berdua. Tetangga kami juga masing masing memiliki 3 atau 4 kendaraan. Hal ini sama sekali tidak berarti apapun secara pandangan sosial masyarakat. Tidak dibilang "wow", karena memang tidak ada yang patut dikagumi.

Punya Rumah Milik Sendiri, Baru Dapat Dikatakan Mapan

Bagi orang di sini, bilamana sudah memiliki rumah pribadi baru dianggap hidupnya sudah mapan. Perbedaan sudut pandang dalam memberikan penilaian mapan tidaknya seseorang dalam kehidupan sosial tentu bukan tanpa sebab. Karena dengan uang 2 miliar rupiah bagi kita yang tinggal di Indonesia sudah dapat memiliki rumah yang lumayan. 

Kami menjual apartement di Mediterania Lagoon yang luasnya 100 meter persegi dan di Kemayoran tahun lalu dengan harga 1,5 M. Akan tetapi uang hasil penjualan apartement tersebut ketika kami bawa ke Australia jangankan beli apartement atau rumah, beli gubukpun tidak cukup. Rata rata apartement murahan di sini harganya berkisar 300-400 ribu dollar atau setara 4 Miliar. Sementara rumah Caravan atau setara rumah RSS di Indonesia paling murah harganya 250 ribu dollar atau setara dengan 2,5 M

Cukup itu Lebih daripada Banyak

Kalimat ini bukan filosofi kosong, melainkan berdasarkan fakta aktual di lapangan. Orang yang dapat mencukupi kebutuhan pokok bagi keluarganya, membiayai anak anak sekolah dan memiliki rumah sederhana dapat dikatakan orang yang hidupnya sudah mapan.

Sementara pengusaha yang tampaknya kaya raya, padahal utang di bank menumpuk. Pemasukan mungkin setiap bulannya ratusan juta rupiah. Namun sebagian besar harus dikeluarkan untuk bayar bunga bank, gaji karyawan, sewa gedung, biaya operasional, biaya produksi dan pengeluaraan tak terduga. Boleh jadi kehidupan yang dijalani adalah mempratikkan "gali lubang, tutup lubang" Bila suatu waktu entah karena apa usahanya mengalami hambatan baru ketahuan, bahwa selama ini ia hanya melakoni kehidupan mapan semu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun