Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dolar yang Terselip di Rumpun Bambu

24 Oktober 2017   20:07 Diperbarui: 24 Oktober 2017   20:10 1457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seluruh sosok orang tua ini,terbuat dari bambu (dokumentasi pribadi)

Di kampung Dianggap Sampah

Ada pepatah Cina kuno,yang saya tidak tahu nama pencetusnya. Yang jelas bukan saya.Yakni:"Melihat uang dengan mata ,hanya akan mendapatkan recehan. Yang melihat uang dengan pikiran,mendapatkan uang dalam jumlah banyak.Sedangkan yang melihat uang dengan mata,pikiran dan hati,akan mendapatkan uang dalam jumlah tidak terbatas" Nah,ternyata ada benarnya.Inilah sepotong kilasannya,dalam perjalanan kami ke Kalgoorie.

Bagi yang lahir atau pernah tinggal di desa,nama pohon bambu  pasti sudah tidak asing lagi. Begitu juga bagi saya pribadi,karena terlahir di daerah Sumatera Barat. Pohon bambu ini memiliki banyak keunikan,yakni mampu tumbuh dalam sehari hingga 50 -60 cm. Untuk mendapatkan rebung yang baik,kita harus bangun sebelum sinar mentari merekah. Menelusuri pinggiran hutan bambu dan memperhatikan ,bilamana ada tanah yang retak dan agak mencuat ,maka tanah tersebut dengan hati hati digali. Maka di dalamnya terdapat yang namanya rebung.Yang dapat dimasak untuk dinikmati sendiri,atau di jual di pasar. Berat satu buah rebung,bisa mencapai 3 kilogram. Akan tetapi kalau sudah terlalu besar,rasanya sudah kurang nikmat dan agak keras.

Akar bambu,di desa desa kita,masih dianggap sampah tak berguna.tapi disini bernilai tinggi (dokumentasi pribadi)
Akar bambu,di desa desa kita,masih dianggap sampah tak berguna.tapi disini bernilai tinggi (dokumentasi pribadi)
Bila sudah kesiangan,maka dari tanah yang tadinya mereka,sudah tumbuh sebatang pohon bambu muda,sepanjang 50 -60 centi meter ,hanya dalam satu hari.Tapi tentu sama sekali tidak lagi layak dikonsumsi. Memanfaatkan waktu liburan sekolah di desa,sungguh memberikan kegembiraan tersendiri. Untuk mengambil rebung ,tidak usah minta minta pada peduduk,karena pohon bambu tumbuh disepanjang jalan setapak dikampung.

Kembali Ketopik Tulisan

Pohon bambu ini,sangat kuat dan amat jarang terserang hama. Bisa bertahan hidup berpuluh puluh tahun,bilamana tidak terjadi tanah longsor,atau ada yang iseng bakar sampah disekitarnya. Nah,sayangnya ,akar pohon bambu,bila sudah mengering ,biasanya dibuang atau dibakar bersama sampah lainnya. Karena pada waktu itu,warga desa sama sekali tidak tahu,mau diapakan bongkol bambu yang sudah mengering tersebut.Kini dibeberapa daerah sudah mulai dikerjakan oleh para pengrajin,tapi baru sekedar untuk mendapatkan 10 -20 ribu rupiah.

Jadi Barang Seni Bernilai Tinggi

Diantara  barang seni ,yang dipajang di salah satu pusat informasi di Kalgoorile,ada yang sangat menarik,yakni sesosok orang tua berjenggot Menyaksikan karya indah ini,sungguh menimbulkan decak kagum dari puluhan turis yang ada disana.Karena merupakan karya seni dari tangan tangan trampil. Ternyata karya seni ini terbuat dari akar bambu yang sudah mengering. Selama lebih dari sepuluh tahun tinggal di Australia,belum pernah saya menengok ada pohon bambu yang besar,kecuali bambu Cina yang halus. Konon ada di Australia utara ,tapi sejujurnya saya sendiri belum pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri,ada pohon bambu disini.

Karya seni yang terbuat dari bahan alami ,seperti akar bambu ini,hargaya sangat mahal disini. Tapi yang dipajang disini,tidak dijual,karena bagi mereka merupakan barang langka. Banyak turis yang bertanya ,dimana mereka dapat membelinya,namun menurut petugas,belum ada toko yang menjual souvenir sejenis ini di daerah Kalgoorlie ini.

Semoga , instansi terkait,mau meluangkan waktu untuk memfasilitasi dan mendidik warga desa untuk menjadi pengrajin akar pohon bambu,yang diekspor ke luar negeri.Bukan hanya merupakan sumber pemasukan devisa untuk negara,tetapi sekaligus merupakan peluasan bidang pekerjaan dan meningkatkan kehidupan warga desa.

Kalgoorie,24 Oktober,2017

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun