Potret Hubungan Antar Orang Indonesia di Luar Negeri
Ketika berada di negeri sendiri untuk menjalin hubungan pertemanan sering kali  loading lama sekali sebelum terkoneksi. Bahkan tidak jarang terjadi belum lama terkoneksi, eh tiba-tiba terputus karena  hubungan error untuk sebab yang tidak diketahui. Akan tetapi, aneh tapi sangat nyata di negeri orang begitu ketemu langsung connect dan hingga saat tulisan ini dituliskan belum sekali jua terjadi putus hubungan dengan teman-teman yang sudah pernah ketemu di luar negeri. Bahkan hubungan baik masih tetap berlanjut hingga kini.
Kalau sesekali terjadi mungkin dianggap kebetulan, tapi sejak lebih dari sepuluh tahun kami tinggal di sini setiap kali bertemu sesama orang Indonesia langsung akrab. Kalau yang bertemu adalah sesama dengan Kompasianers tentu tidaklah mengherankan. Seingat saya kami sudah kopdar dengan Pak Rudy Geron bersama istri tercinta Bu Abi, Â Bu Fey Down, Zila Nixon, Irina , Bu Diah Romlah, Pak Giri Lumakto, Mas Syam, Sisca (Penari) dan seterusnya, yang tidak dapat saya sebutkan semuanya satu persatu.
Hari Minggu lalu kami bertemu dengan Pak Witono dan istri bu Sisca serta putrinya Vera. Terus langsung bertukar nomor HP .Kemarin ada telpon dari Bu Vera ke istri saya Lina, isinya apa lagi kalau bukan ngajak makan, malahan mau dijemput lagi. Wah malu dong, masa sudah diundang makan pakai dijemput lagi? Maka kami meluncur ke rumah beliau yang berada di lingkungan asri. Halamannya penuh dengan mawar yang lagi bermekaran maklum lagi musim semi.
"Pak Effendi, kalau kita makan di restoran Vietnam, gimana? Karena resto Indonesia jauh banget dari sini" kata pak Witono didampingi istri tercinta. "Hmm pak Effendi ada pantangan makan nggak ?" lanjut pak Wi. Â
Langsung saya jawab" Ya enggaklah pak, kami berdua tidak ada pantangan. Apapun dimakan hehehe" Maka kami langsung berangkat dengan kendaraan masing-masing. Karena saya belum pernah ke daerah dimaksud, maka saya mengekor saja ke mana arah kendaraan yang dikemudikan pak Wi.
Makan Mie Kuah di Restoran Vietnam
Setelah berkendara sekitar 15 menit, kami tiba di lokasi restoran Vietnam. Berada disini serasa kembali kami berada di Vietnam. Hampir seluruh restoran yang ada disana bertuliskan nama nama Vietnam. Begitu memasuki ruang restoran, ternyata sebagian besar tempat duduk sudah terisi oleh pengunjung yang menengok tampangnya sebagian besar dari Asia.
Sambil menikmati mie kuah hangat seporsi besar dan masih ditambah lagi dengan lumpia goreng, pak Wi bercerita bahwa beliau berasal dari kota Malang tapi kini menetap di Jakarta. Di sini hanya beberapa hari untuk mengunjungi putri mereka Vera dan cucu-cucu. Tiga hari lagi akan berangkat kembali ke Jakarta. Dari sini, kami masih diajak untuk shopping ke Pasar Tradisional Vietnam karena di sana harga barang kebutuhan jauh lebih murah dibandingkan dengan berbelanja di Supermarket.
Tulisan ini, cuma tulisan kecil yang tidak ada sesuatu yang menarik apalagi spektakuler. Tapi ditulis dan dipostingkan dengan harapan dapat menjadi sebuah renungan ringan di pagi ini, yakni mengapa di negeri sendiri untuk connect butuh loading yang lama banget, bahkan sudah susah payah berusaha untuk terkoneksi, ee tiba-tiba tidak ada angin dan tidak ada badai, terjadi connecting error? Sudah coba bertanya kerumput yang bergoyang, tapi disana tidak ditemukan jawabannya.
Tjiptadinata Effendi