Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mau Dibawa Ke Mana Generasi Muda Indonesia?

8 Oktober 2017   18:08 Diperbarui: 8 Oktober 2017   18:18 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://depositphotos.com


Generasi Muda Kita Terancam Menjadi Generasi Cengeng
Menyaksikan fenomena buram sejak beberapa tahun belakangan ini,sungguh membuat kita menjadi miris. Mau dibawa kemana generasi muda kita kelak? Sedikit sedikit  demo. Apa saja yang tidak disetujui demo.Beda pendapat, demo. Harga BBM naik ,demo. Seakan generasi muda kita tidak punya jadwal kegiatan yang harus dikerjakan,sehingga begitu mudah terseret arus kesana kemari.Seakan keberadaan orang tua sudah tidak lagi berperan dalam kehidupan generasi muda.

Tebar Kebencian Dan Hoaks Jadi Trending Topiks?
Tidak hanya terhenti pada urusan demo sana ,demo sini,tebar kebencian ,seakan sudah menjadi bagian dari trending topik di masyarakat kita. Dan ironisnya ,justru yang mendemonstrasikan tebar kebencian ini adalah  orang orang yang dianggap tokoh masyarakat.Bahkan dijadikan panutan orang banyak.Menyaksikan situasi dan kondisi di tanah air kita belakangan ini sebagai salah satu dari warga Indonesia, ada rasa kekhawatiran yang mendalam. Bukan hanya di medsos, tapi juga dalam kehidupan nyata kita saksikan orang tebar kebencian terhadap sesama anak bangsa.  Seakan terjadi proses pembiaran terhadap tergerusnya rasa kebersamaan yang selama ini didengung dengungkan,bahwa :"Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang ramah tama"Agar jangan sampai terjerumus menjadi generasi pembenci apapun alasannya.

Komunikasi Yang Terputus Dalam Keluarga
Komunitas yang paling mudah diobok-obok adalah yang hidup dalam kekeringan cinta kasih dalam keluarga. Hal ini secara tidak langsung merupakan imbas negatif dari kemajuan zaman. Sehingga sebuah frasa sempat menjadi viral sejak beberapa tahun lalu,yakni :"Kemajuan tehnologi mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat" Ayah, sebagai kepala keluarga sibuk dengan WA grup kerja dan grup hobi tennis atau hobi main golf.Istri sebagai ibu rumah tangga, sibuk dengan WA Arisan Grup, sementara anak anak, tanpa perlu diajari, sudah sescara langsung mencopy priaku kedua orang tuanya. 

Mereka juga asyik dengan grup masing masing.Bahkan menjadi jauh lebih intensif,komunikasi dengan orang lain ,yang sama sekali bukan keluarga,ketimbang dengan anggota keluarga sendiri. Tinggal serumah, tapi dalam praktiknya seakan masing masing hidup di dunianya sendiri sendiri secara terpisah. Hal ini menyebabkan anak anak tumbuh dalam kekeringan cinta kasih. Sehingga menjadi pribadi yang gamang dan gampang dobok obok orang lain. Hal-hal kecil saja dapat menjadi pemicu meledaknya kemarahan dan kebencian. Karena tidak puas dengan hidup yang dijalaninya, jiwanya memberontak terhadap kehidupan.

Menjadi Generasi Yang Gamang Dan Gampang Disulut
Maka ketika ada sosok atau objek yang dapat dijadikan tumpuan kemarahan,  dengan serta merta seluruh kemarahan yang selama ini menumpuk, meledak tanpa dapat di cegah. Kemarahan yang dalam sekejap dalam bermetamorfosa menjadi kebencian. Apapun yang namanya kebencian dan ditujukan kepada siapapun pasti bukanlah sesuatu yang baik. Tidak jarang, hal hal sepele yang sesungguhnya sama sekali tidak berhubungan langsung dengan dirinya bisa saja menjadi sasaran kemarahan dan kebenciannya.

Kebencian Dapat Merasuki Siapa Saja

Didiklah anak-anak untuk bergaul dengan tetangga, teman-teman sekolah dan masyarakat luas tanpa sekat. Didik anak-anak untuk ikut berbagai kompetisi dibidang apapun. Bukan masalah hadiah yang akan diterima melainkan memberikan anak-anak kita kesempatan emas, untuk memahami bahwa dalam hidup itu ada kalanya kita menang dan ada kalahnya orang lain sebagai pemenang.

Biasakanlah anak-anak kita, mengeluarkan pendapat, menyampaikan saran dan kritik  dengan cara-cara yang santun. Hindari merusak jiwa anak-anak dengan mencekokin mereka, bahwa kelompok kita adalah yang terbaik, sedangkan yang lainnya tidak baik. Didiklah anak-anak kita agar mereka memahami bahwa agama adalah urusan pribadi dan menjadi hak setiap orang dan  jangan pernah memaksakan kehendak kita pada orang lain.
Semoga tulisan kecil ini,ada manfaatnya.

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun