Mohon tunggu...
Tjhen Tha
Tjhen Tha Mohon Tunggu... Insinyur - Speed, smart and smile

\r\nIa coba menjelaskan bahwa kebiasaan dalam keluarga kita selalu menggunakan nick-name atau panggilan sayang, huruf (i) didepan nama Tjhentha bukanlah arti turunan produk Apple seperti iPhone, iPad atau iPod tapi itu adalah sebutan sayang untuk orang yang dicintai. jadi huruf (i) di depan nama itu bukanlah untuk maksud pembeda gender. Tjhentha itu sendiri berasal dari dua suku kata Tjhen Tha, karena dulu belum ada huruf C maka di tulis Tj dan aslinya adalah Chen Tha yang berarti Cin-Ta.\r\niCinta dalam artian makna orang yang dicintai dalam kondisi pasif (dicintai) karena ia masih dalam kandungan. Ketika ia sudah lahir, iCinta berubah menjadi Cinta yang berubah peran jadi aktif sebagai kata kerja atau kewajiban (mencinta). Kewajiban Cinta sama derajadnya seperti kewajiban sholat, haji, puasa, zakat dll. sebagaimana dituliskan dalam Qs 42:23.\r\n“Katakanlah hai Muhammad, tidak aku pinta upah atas dakwahku kepada kalian melainkan kecintaan kalian kepada keluargaku (Ahlulbait).”\r\nOrang tuaku menyampaikan pesan dan wasiatnya dalam namaku untuk membayarkan utang mereka kepada Rasulullah yang telah mengajarkan Islam kepada mereka.\r\nSemoga aku bisa membayar hutang-hutang kami kepada Rasulullah saw dengan men-Cintai Ahlulbaitnya

Selanjutnya

Tutup

Nature

G20 dan Perubahan Iklim

5 Januari 2022   17:52 Diperbarui: 5 Januari 2022   18:00 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada suatu perdebatan panas dimedsos (media sosial) terjadi saling lempar cacian dan makian, ini selalu terjadi diberbagai kesempatan, mereka menyebutnya "twit-war". Kali ini topik yang dibahas mengenai Medco yang akan melakukan aset migas ConocoPhillips, ekspressi rasa bangga anak negeri untuk menjadi tuan rumah dinegeri sendiri, namun caption tersebut dicounter dari pihak seberang dengan ungkapan bodoh dengan alasan mengambil alih kewajiban lingkungan paska tambang.

Kita sadari kondisi sektor migas kita banyak yang sudah menua (depleted oil field). Di onshore ada ribuan sumur-sumur migas tua yang harus segera di-abandoned dan di offshore ada ratusan platform (anjungan migas) yang harus dibongkar.

Salah satu perusahaan China pernah datang menawarkan pembongkaran platform dengan harga yang murah. Universitas Technology Petronas (UTP) melakukan workshop pembongkaran platform dari aspek keselamatan lingkungan.

Sejak dulu nenek moyang kita tidak hanya terkenal sebagai pelayar yang unggul mengarungi lautan dunia, kita juga mempunyai suku Bajo yang dapat menyelam selama 13 menit dikedalaman 60 meter tanpa bantuan alat dimana normalnya manusia hanya mampu menyelam dalam 30 detik sampai 60 detik. Suku Bajo atau orang laut tersebar di kepulauan Kalimantan, Sulawesi, NTT dan sumenep.

Sebenernya kita juga piawai masalah bongkar membongkar bangunan tengah laut termasuk kapal tua. Pernah terjadi kapal barang yang sedang menunggu bongkar muat dipintu satu pelabuhan, tanpa disadari pagi-nya sudah terseret arus dilaut lepas. Jangkar yang beratnya ribuan kilogram telah digergaji.

Pernah juga tim ekspedisi dari eropa berhasil mendapatkan keberadaan U-Boat 196 (Unterseeboot) kapal selam Jerman yang kena terpedo kapal perang Belanda disekitaran laut jawa pada tahun 1944. Betapa terkejutnya tim ekspedisi ketika mereka kembali lagi ternyata peralatan kapal selam tersebut, sudah digergaji dan dilucuti.

Selanjutnya pada sesi diskusi Workshop dengan UTP tersebut dibahas bagaimana cara membongkar platform yang ada dilaut Jawa tanpa ketersediaan dana yang cukup, salah seorang peserta mengusulkan sebuah solusi agar Marinir yang menjaganya ditarik beberapa hari ke pantai, pasti paginya platform itu sudah hilang ditelan pemulung besi bekas, candanya!

Minyak dan gas bumi yang merupakan produk proses alam terhadap sisa mahkluk hidup (fosil) yang tertimbun jutaan tahun yang lalu dan telah memberi manfaat pada peradaban dan kemajuan umat manusia selama seratus tahun terakhir ini, namun tiba-tiba menjadi tertuduh penyebab kenaikan suhu permukaan bumi yang menyebabkan perubahan iklim dan mendatangkan banyak bencana.

Kalau saja kita mau sedikit bersikap arif kepada bahan bakar fosil ini dan sedikit menghargai jasa-jasa yang telah diberikan pada peradaban umat manusia, mereka dapat diberikan kesempatan sebagai fasilitator dalam proses transisi menuju energi bersih dalam mengatasi perubahan iklim.

Para kepala negara berusaha mencari solusi pengganti bahan bakar fosil tanpa jejak karbon (carbon foot print) dalam pertemuan tingkat tinggi KTT (Leader Summit), COP26 ataupun G20.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun