Di sisi lain, supervisi guru di lapangan lemah. Selama ini supervisi dianggap oleh guru sebagai beban karena lebih ditekankan pada administrasi. Celakanya pula beban administrasi guru sangat bejibun dan tak semuanya praktis dan berguna untuk dilaksanakan di lapangan. Kepala sekolah dan pengawas sebagai supervisor seharusnya berlaku sebagai mitra atau konsultan yang baik bagi guru.Â
Untuk itu mungkin istilah "pengawas" yang berkesan menakutkan dan angker perlu diganti dengan istilah "konsultan" atau "mitra" sehingga terjadi  diskusi atau dialektika yang dinamis antara guru, pengawas, dan kepala sekolah.
Pengawas dan kepala sekolah harus mengubah paradigma dan fokus administrasi sebagai evaluasi guru, menjadi paradigma pendampingan sertas kemitraan yang bersama-sama membuka peluangnya terciptanya kreativitas mengajar.Â
Pengawas dan kepala sekolah tak hanya mempunyai rekam jejak penilaian guru namun menjadi patner yang secara dialektika mencari berbagai alternatif pembelajaran yang kreatif dan out the block, berbagi pengalaman, bertukar ide, dan menawar solusi. Kalau hal ini dilakukan maka kualitas guru akan meningkat yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan kualitas pendidikan kita di masa depan. Semoga!
*)Penulis adalah pendidik SMAN 2 Ngawi
artikel ini juga tayang sebelumnya di laman berikut