Erotisme seksual dengan menggunakan perlambang simbol yang halus dan implisit bisa dijumpai pada misalnya cerita perlambang pada salah satu bagian cerita Babad Tanah Jawa, yaitu kisah Joko Tingkir yang membunuh Dadung Awuk dengan Sadak Kinang yang menyebabkan dia terusir dari istana Pajang.
Cerita ini sebetulnya melambangkan terusirnya Joko Tingkir (Mas Karebet) dari istana Demak karena 'menggangu' putri raja Demak.
Dadung Awuk (dadung;tali) merupakan simbol dari ikatan pingitan putri raja dan sadak kinang merupakan simbol 'kelakian/phalus'.
Dalam teks Roro Mendut terdapat perlambang nama Roro Mendut, adu jago dan tegesan yang merupakan simbol implisit yang mengacu pada seksualitas.
Selain menggunakan dan memanfaatkan perlambang dapat ditemui pula erotisme melalui penamaan tokoh, misalnya nama legendaris Panji Jayeng Tilam.
Nama ini adalah cantuman kata  jaya + ing + tilam, yang artinya Panji yang berjaya di tempat tidur (tilam).
Demikian juga dengan nama lain yang digunakan tokoh Panji ini, Panji Asmara Bangun yang mengacu pada arti Panji (lelaki) yang pandai membangkitkan gelora asmara, lelaki yang piawai berolah cinta.
Teks-teks kuno yang paling banyak menampilkan erotisme adalah genre Kakawin. Kakawin ini merupakan genre sastra paling kuno yang tersebar di kepulauan Nusantara, sekaligus merupakan teks yang amat terpengaruh oleh tradisi teks-teks Sansekerta dari India yang dimulai pada abad ke-3 sampai abad  ke-9 yang kemudian dalam perkembangannya melalui proses peniruan dan peminjaman kultural (Helen Creese, 2012).
Pengaruh India yang kuat dalam hal agama (hindu, budha), filosofi, kenegaraan bertemu dengan kepercayaan animisme yang selanjutnya menciptakan teks-teks yang khas yang berkembang pesat di Jawa, Bali, Sumatera dan Kalimantan.
Zoetmulder dalam bukunya yang legendaris: Kalangwan, menyebutkan bahwa kakawin merupakan teks bergenre puisi yang mengungkapkan kebahagiaan estetis yang berkaitan dengan petualangan para pahlawan besar laki-laki maupun perempuan. Kakawin lebih menekankan pada suasana hati dibandingkan dengan alur peristiwa.
Suasana hati adalah suasana erotik yang berpusat pada dua hal yang berlawanan yaitu cinta dalam kenikmatan dan cinta dalam perpisahan (Rubinstein, 2000).