Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Sehat Berangkat Sekolah, Pulang dengan Wajah Pucat!

22 September 2025   17:34 Diperbarui: 22 September 2025   17:34 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Anak Sakit (oncodoc.id/dr. Fadhilla Chrisanti)

Banyak orang tua bertanya, kenapa mereka tidak dilibatkan dalam proses MBG? Padahal, mereka yang paling tahu soal kondisi anak, alergi makanan, hingga standar kebersihan yang layak.

Bayangkan jika sekolah membuka ruang partisipasi orang tua,

  • Menu bisa didiskusikan bersama.
  • Orang tua boleh ikut memantau dapur produksi.
  • Ada mekanisme laporan cepat kalau ditemukan masalah.

Sayangnya, yang terjadi justru sebaliknya. Beberapa kasus menyebutkan orang tua diminta menandatangani surat pernyataan setelah anaknya keracunan. Bukannya mencari solusi, malah seperti menutup rapat-rapat masalah.

Apa yang Harus Dilakukan Pemerintah?

Kalau program MBG ingin terus berjalan, pemerintah tidak bisa sekadar mengandalkan niat baik. Harus ada langkah nyata,

  1. Audit Vendor Secara Ketat
    Jangan semua penyedia makanan bisa ikut serta. Harus ada standar higienis, uji laboratorium, dan sanksi tegas jika melanggar.
  2. Standarisasi Wadah/Ompreg
    Jangan ada lagi ompreng abal-abal. Semua wadah harus sesuai standar makanan sehat dan bisa dicuci ulang dengan steril.
  3. Distribusi Lebih Terukur
    Kalau jarak dapur ke sekolah terlalu jauh, lebih baik ada dapur lokal per kecamatan. Jangan memaksa makanan bertahan berjam-jam di jalan.
  4. Transparansi Menu dan Anggaran
    Orang tua harus tahu apa yang dimakan anaknya dan dari mana asal bahan makanan tersebut. Transparansi bisa mencegah kecurangan.
  5. Libatkan Orang Tua
    Buat forum bersama orang tua di tiap sekolah untuk mengawasi jalannya MBG. Dengan begitu, kepercayaan publik bisa kembali dibangun.

Menutup dengan Pertanyaan Reflektif

MBG adalah program yang lahir dari niat mulia. Tapi niat saja tidak cukup. Kita bicara tentang anak-anak, generasi penerus bangsa. Sekali mereka kehilangan kepercayaan, sulit rasanya membangunnya kembali.

Pertanyaannya, apakah kita rela anak-anak menjadi korban atas nama program yang katanya bergizi gratis?
Kalau benar ingin masa depan bangsa sehat dan kuat, mari pastikan setiap suapan yang masuk ke mulut mereka benar-benar aman.

Karena pada akhirnya, makan bergizi bukan soal gratis atau tidak, tapi soal tanggung jawab kita menjaga mereka tetap sehat.(*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun