Mohon tunggu...
Titus Roidanto
Titus Roidanto Mohon Tunggu... Dosen - Ngaji Kitab Suci, Ngaji Diri

BERAGAMA HARUS BERAKAL SEHAT

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Minggu Pra Paskah 4, 2021, 14 Maret

8 Maret 2021   23:06 Diperbarui: 8 Maret 2021   23:07 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
beautynesia.id ›

 Minggu Prapaskah 4, Leksionari, Bilangan 21:4-9, Efesus 2 : 1 -- 10, Yohanes 3 : 14 -- 21

MEMANDANG SALIB RAJA KU

Tafsir Bilangan 21: 4-9
Kata-kata atau nama Kitab BILANGAN diambil dari Bahasa ibrani kitabnya Yaitu , (Bmidbar) yang artinya "di padang gurun", kalau kita melihat terjemahan atau kitab dalam Bahasa Yunaninya adalah   , (Arithmoi);  bahasa Inggris :  Book of Numbers , dari  bahasa Latin :  Numeri. Dari itu saja, kita bisa memperkirakan bahwa isi kitab ini tentunya atau pastinya memuat banyak daftar kelompok dan jumlah orang, dan itu semua mengandung makna yang harus disingkap, seperti pada Bilangan 2. Kitab Bilangan mengandung banyak symbol. Kitab ini juga menceritakan perjalanan bangsa Israel di padang gurun. Secara singkat, kalau kita menyisihkan masalah menertejamahkan symbol-simbol dalam kitab Bilangan, maka secara garis besar menggambarkan bagaimana bangsa Israel sebagai bangsa yang tidak mengenal budi, bangsa yang tak mengenal kebaikan Allah, bangsa yang suka marah, mudah bersungut-sungut, suatu sikap yang tidak disukai Allah. Tetapi Allah sabar dan setia atas bangsa Israel, sampai pada titik klimaks dimana Allah mengalihkan berkatNya, janji keselamatanNya pada bangsa-bangsa lain karena kebebalan bangsa Israel agar mereka cemburu dan kembali kepada Allah (Roma 11:11 Maka aku bertanya: Adakah mereka {Israel} tersandung dan harus jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka {Israel} , keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka {Israel} cemburu. Liat saja, kitab Bilangan melukiskan bagaimana bangsa Israel menyesal telah dibebaskan dari perbudakan bangsa Mesir hanya karena penderitaan dalam perjalanan yang jauh dan melelahkan, mereka mengumpat dan bersungut untuk lebih baik memilih mati dalam perbudakan daripada berjuang dalam kebebasan. Anugerah Allah yang begitu besar, lenyap begitu saja oleh karena penderitaan, bukankah seringkali kita juga tak bisa mensyukuri anugerah Allah, bahwa kita masih sehat, bahwa kita masih bisa menghirup udara, bahwa kita masih bisa bangun dari tidur, dll, hanya karena derita yang kita alami saat ini. Bangsa Israel itu hidupnya tergantung pada Allah mutlak, seperti hidup kita tapi seringkali lupa akan kasih setia dan anugerah Allah pada kita, seringkali kita tak bisa memandang Allah yang sudah setia dan sabar pada kita dengan bersyukur. Hukuman Allah atas dosa ternyata dibarengi dengan anugerah-Nya yang menyelamatkan. Anugerah Allah saat disambut dengan iman dan ketaatan sungguh berdaya guna. Ancaman kematian dipatahkan dengan kuasa kehidupan. Ayat 6 menggambarkan Allah menghukum bangsa Israel dengan ulang tedung, ular yang sangat berbisa (ada ahli kitab yang mengatakan ular tedung itu yang sekarang dikenal sebagai ular derik yang hidup di padang gurun, yang bisanya lebih ganas dari bisa ular kobra). Kemudian bangsa Israel sadar dan meminta maaf pada Allah lewat Musa (ayat 7). Sesuai perintah Allah, Musa membuwat ular dari tembaga dan menaruhnya pada tiang dan setiap orang yang dipagut ular namun memandang ular tembaga itu, ia akan tetap hidup (inilah kronologi awal kenapa lambang farmasi atau medis itu ular pada tiang). Ada ahli kitab suci, yang menyetarakan memandang ular tembaga pada tiang disejajarkan dengan memandang salib Yesus Tuhan, dengan memandang salib Yesus Tuhan kita diingatkan akan kesetiaan dan kesabaran Allah pada kebebalan manusia, dengan memandang salib Yesus Tuhan kita diingatkan akan pengorbanan dan penderitaan Yesus Tuhan yang menghidupkan atau menyelamatkan manusia dari dosa, memandang salib Yesus Tuhan, kita diingatkan bahwa hidup kita hanya tergantung dari kasih karunia dan anugerah Allah, kita gak ada apa-apanya tanpa Allah.

Tafsir Efesus 2: 1 - 10
Efesus 2:1-10 menggambarkan keadaan manusia yang berdosa dan anugerah Allah. Efesus saat itu adalah kota penting di Asia Kecil, yah....kisaran bagian barat, mungkin kalau sekarang disejajarkan dengan Turki, oleh karenanya efesus dikenal sebagai kota pelabuhan di laur AEGEA, walaupun saat itu pelabuhannya dipenuhi lumpur laut, tapi Efesus ramai karena ada dalam jalur perdagangan dunia, gereja berkembang pesat di efesus saat itu, seakan dari keadaan tsb karya sastra ini ingin mengungkap di tengah laut yang berlumpur, atau di tengah lumpur dosa, tetapi Efesus tetap bersinar, tetap menjadi kota yang terselamatkan karena posisi strategisnya, kita sebagai umat Tuhan pun dahulu penuh lumpur dosa, tapi oleh karena anugerah Allah, oleh karena kasih karunia Allah, karena posisi kita yang telah diselamatkan maka kita dapat bersinar lepas bebas dari kungkungan dosa, mendapatkan kesempatan untuk selamat, hidup setelah mati, hidup di Yerusalem Baru hanya karena anugerah, semata-mata hanya karena kasih karunia. Kalau kita melirik kitab Wahyu, dalam perkembangannya kemudian gereja-gereja di Efesus kehilangan kasihnya kepada Kristus (Wahyu 2:1-7). Namun anugerah Allah dalam Kristus yang manusia sambut dengan iman mengubah segalanya. Manusia yang mati oleh dosa dihidupkan. Manusia yang ada dalam kubangan dosa diangkat dan disucikan menjadi warga kerajaan sorga. Manusia yang lumpuh tak berdaya diciptakan menjadi ciptaan baru yang mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan baik. Manusia yang dulu diperbudak dosa, menjadi sekutu iblis dan terpisah dari Allah kini menjadi anak-anak Allah yang terkasih. Penulis surat ini, memakai pemahaman kematian disebabkan oleh pelanggaran dan dosa (Roma 5 : 12, 6 : 23), serta kehidupan masa lalu yang mengikuti dunia (ayat 2), hal tentunya merujuk pada semua hal yang melawan atau bertentangan dengan Allah. Oleh karena itu, manusia pantas untuk menerima hukuman (ayat 3), namun hanya oleh karena kasih karunia dan rahmat pengampunan Allah yang menjadi anugerah bagi manusia sehingga manusia dapat hidup lepas dari maut sehingga manusia harus sadar Tuhanlah keselamatannya (ayat 10). Memandang Salib Yesus Tuhan, akan selalu mengingatkan kita dan seharusnyalah membuwat kita bersyukur, apalah kita manusia itu, kalau bukan karena kasih karunia Allah, kita hanya butiran debu yang tak punya kesempatan hidup dan terselamatkan.

Tafsir Yohanes 3:14 -- 21
Penulis injil Yohanes sering memakai kiasan terang dan gelap termasul dalam perikop ini. Sering dianologikan oleh penulis injil Yohanes, kalau Allah atau firmanNya itu terang dan dunia ini adalah kegelapan. Perbedaan terang dan gelap merujuk pada mereka yang hidup dengan tanggung jawab meneladan Kristus dan mereka yang hidup menentang teladan Kristus (Yohanes 1 : 19 -- 21, 8 : 12 -- 20). Sehingga  penulis injil Yohanes terliat sering menekankan bahwa di tengah tantangan, ujian, kesulitan dan penderitaan di dunia ini adalah yang terpenting bagaimana kita berproses untuk tetap berjuang meneladan Yesus Tuhan. Di tengah permasalahan hidup dan penderitaan hidup dunia, umat Kristiani harus tetap memandang salib, untuk menjadikan kekuatan tetap berjuang proses meneladan hidup Yesus Tuhan.  Anugerah Allah yang menghidupkan ini perlu mendapat tanggapan dari manusia, yakni sikap percaya dan bertobat, taat dan mengasihi Tuhan sehingga kehidupan ini sungguh-sungguh diterima. Kehidupan akan nyata dalam relasi yang hidup antara manusia dengan Allah. Sayangnya banyak manusia tidak percaya dan lebih menyukai kegelapan dosa yang membinasakan daripada kehidupan. Sikap menolak anugerah Allah berakibat fatal bagi manusia. Manusia tetap ada dalam cengkeraman dosa yang mematikan. Sangat dimungkinkan injil Yohanes ini ditulis setelah tentara Romawi menghancurkan Bait Allah dan mengakhiri pemberontakan kaum Yahudi pada tahun 70M, saat itulah pula umat Kristiani mengalami masa sulit, di satu sisi tidak diterima oleh pemerintah Romawi, di sisi lain dikucilkan dan dibenci oleh kaum Yahudi. Dalam bagian percakapan Yesus dengan Nikodemus ini juga kembali berbicara tentang cerita pada bacaan pertama: bangsa Israel yang selamat dari kematian dengan memandang ular tembaga pada tiang. Cerita itu kemudian dipararelkan dengan kisah Yesus yang juga akan 'ditinggikan' untuk menyelamatkan dunia. Itu semua terjadi karena besarnya kasih Allah kepada dunia. Ini semua menunjukkan begitu besarnya kasih Allah dalam Kristus kepada dunia ini yang menghendaki semua orang tidak binasa tapi beroleh hidup kekal (ayat 16). Allah memberikan kehidupan kepada melalui kematian Sang Putra Tunggal-Nya. Kehidupan yang menyelamatkan dan menyucikan mengalir melalui salib Kristus. Kesembuhan mengalir melalui luka-luka Kristus. Kematian Sang Putra diikuti dengan kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke sorga yang mematahkan secara penuh kuasa dosa dan kematian.

Perenungan
Dalam ketiga bacaaan tersebut di atas, di perlihatkan Manusia pada hidup berdosa dan karena itu layak menerima serta kematian, namun kasih karunia Allah yang besar membuat manusia menerima keselamatan. Keselamatan itu diperoleh dengan memandang Kristus yang disalib, Keselamatan itu diperoleh dengan percaya kepada Kristus Sang Juruselamat, dan cukup berhenti pada percaya tapi mempercayakan diri pada Kristus, artinya di tengah masalah dan penderitaan hidup manusia harus tetap berjuang dalam proses untuk meneladan Yesus Tuhan. Pada bacaan kita yang pertama dan bacaan yang ketiga, ada cerita yang sama yang diulang .nya, yaitu cerita tentang bangsa Israel ketika berada di padang gurun. Orang Israel kembali bersungut-sungut kepada Tuhan, lalu mereka diserang ular tedung yang mematikan namun akhirnya mereka selamat karena memandang ular tembaga buatan Musa yang ditaruh pada sebuah tiang, sesuai perintah Tuhan. Pada bacaan ketiga, cerita ini dipararelkan dengan bagaimana manusia harus percaya kepada Kristus yang disalib untuk mendapat keselamatan. Anugerah kasih Allah semakin nyata dan tampak jelas dalam pemberian Sang Putra (Yohanes 3:16). Allah secara penuh mematahkan kuasa dosa dengan salib dan kebangkitan Kristus.  Allah memberikan Sang Putra untuk mati di kayu salib agar kita terbebas dari belenggu dosa. Agar kita memiliki hidup yang sejati, yang kekal dan mulia. Salib Kristus menunjukkan kasih Allah yang demikian besar kepada kita manusia berdosa. Kristus terluka untuk menyembuhkan kita, Kristus mati untuk menghidupkan kita. Racun dosa membuat kita binasa, namun Kristus memberikan pemulihan dan kehidupanNya bagi kita. Kebangkitan Kristus menunjukkan kuasa Allah yang demikian besar yang mematahkan kuasa dosa dalam diri kita. Siapa yang percaya kepada Kristus akan diselamatkan, akan mendapat kehidupan yang utuh dan kekal. Kuasa kehidupan Kristus mengalir dalam diri kita. Di dalam Kristus, kehidupan kita akan membawa kehidupan bagi sesama kita. Karakter dan pekerjaan kreatif Yesus yang menyembuhkan orang sakit, memberi makan orang lapar, membebaskan yang terbelenggu, mengampuni yang berdosa, menyampaikan kabar sukacita dst. akan terjelma secara kreatif dalam pelayanan, pekerjaan/bisnis dan relasi kita dengan sesama. Lahan pekerjaan (di bidang ekonomi, politik, gereja, dll) kita akan menjadi lahan yang membawa kehidupan bagi sesama. Melalui hidup kita sesama kita akan merasakan aliran kehidupan Kristus itu, demikian pula pada masa kini, dimana masa pandemic covid19, dimana oleh karena tantangan dan permasalahan serta derita ekonomi serta kesehatan seharusnya membuwat kita memandang salib Kristus, berproses meneladan Yesus Tuhan dengan tidak egois memikirkan diri sendiri tetapi memikirkan kepentingan Bersama dan sesame, salah satunya dengan taat disiplin protocol kesehatan, dengan disiplin protocol kesehatan berarti kita mengasihi sesame kita, kita melindungi sesame kita, dan mau menerima vaksin, karena dengan divaksin selain untuk melindungi kita sendiri kita juga melindungi orang lain, dengan divaksin kita tidak hanya mengasihi diri kita tetapi terlebih mengasihi sesama kita. Kita bisa menggambarkan dosa seperti beban berat yang terus melekat pada punggung sang musafir. Beban ini memberatkannya setiap waktu, membuat langkahnya berat saat berjalan, punggungnya membungkuk dan wajahnyapun muram. Namun pada saat ia berjumpa dan memandang salib Yesus, beban dosa itu terlepas. Ia menjadi amat lega dan bisa berjalan tegak dan berlari dengan sukacita. Inilah yang kita alami saat kita menerima anugerah Allah dalam Kristus. Dosa demikian berat menindih kita, namun sentuhan / jamahan tangan Tuhan melepaskan kita. Bacaan kedua dan ketiga kita hari ini gambaran tentang hidup manusia tanpa Kristus. Hidup tanpa Kristus adalah hidup di bawah bayang-bayang kematian dan kematian. Sebab pada manusia telah dikuasai oleh dosa (Ef. 2: 1-3). Dosa itu digambarkan membuat manusia hidup di dalam kegelapan, sehingga melakukan perbuatan yang jahat (Yoh. 3:19). Berada di dalam kegelapan berarti kehilangan kemampuan pandang. Tidak mampu melihat, apalagi memandang. Lalu apa yang dirasakan dalam keadaan ini? Seperti teman saya tadi tentunya: sedih, takut dan bingung. Maka orang yang hidup di dalam kegelapan adalah orang yang sedih berlarut-larut ketika kehilangan entah jabatan, materi atau apapun yang dicintai. Mereka terlalu takut untuk memperjuangkan kasih dan mengerti. Mereka yang bingung akan makna hidup dan panggilan Tuhan dalam dirinya. Di dalam kegelapan dunia ini, kita perlu Memandang sesuatu yang mampu menuntun kita keluar dari kegelapan. Siapa? Sang Sumber Terang! Kristus yang tersalib yang harus kita pandang. Kristus Sang Sumber Terang yang akan menerangi kita dan menolong kita keluar dari kegelapan yang menyiksa, jika kita mau memandangnya terus tanpa putus. Memandang berarti memperhatikan dan memperhatikan dengan tetap dan sungguh-sungguh. Jika demikian, bukankah memandang Kristus yang disalib membuat kita sadar betapa besar kasih Allah kepada kita "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yoh. 3:16). Kita yang seharusnya menerima peri, justru menerima kasih yang teramat besar. Memandang Kristus berarti juga mampu melihat kasih dan karya-Nya dengan jelas, sehingga mau mengikuti-Nya tanpa terlalu banyak cemas. Mau melakukan pekerjaan Tuhan walaupun tidak mendukung dunia. Mau menebar kasih walaupun buanyak rintangannya. Mau hidup seperti Kristus, yang menjadi berkat dan jalan selamat bagi dunia. momen Pra Paskah ini adalah kesempatan bagi diri kita untuk bercermin, berefleksi dan melihat diri kita sendiri. Dunia yang gelap ini memang terkadang menyulitkan dan menyesatkan. Apakah kita terhanyut dalam gelapnya dunia? Apakah kita tersesat? kita diingatkan untuk selalu melekatkan pandangan kita kepada Kristus Sang Sumber Terang, terang hidup kita tidak dikuasai kegelapan yang mencekam, kita tetap hidup di dalam kasih dan terang Tuhan dan kita yang mampu membagi keselamatan. Selamat melewati masa PraPaskah, Tuhan memberkati

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun