Mohon tunggu...
Titus Roidanto
Titus Roidanto Mohon Tunggu... Dosen - Ngaji Kitab Suci, Ngaji Diri

BERAGAMA HARUS BERAKAL SEHAT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cinta akan Rumah Tuhan Mewujudkan Ibadah yang Menghidupkan

28 Februari 2021   22:34 Diperbarui: 28 Februari 2021   23:35 1119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yesus Kristus memimpin kita semua untuk memahami apa itu Bait Allah yang sejati, melalui penyuciannya. Penyucian Bait Allah oleh Yesus Kristus, karena Ia melihat ketiadaan cinta rumah Tuhan, dari praktik-praktik keagamaan. Dan hal tersebut disadari oleh para murid-Nya pada masa mendatang, melalui ungkapan mereka di ayat 17, "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." Waspadalah, ritual itu kapital, seorang filsuf mengatakan demikian. Filosofi tersebut mengajak kita untuk merenungkan secara mendalam tentang ritual laku keagamaan. Mewaspadai ritual keagamaan yang mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri. 

Di balik upacara keagamaan bisa jadi ada oknum yang siap mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri, memperkaya diri sendiri, serta mengeruk kekuasaan dari ritual keagamaan yang dilakukan. Komersialisasi ritual merupakan hal yang mudah untuk mendapatkan keuntungan dari pemanfaatan hal-hal rohani untuk kepentingan duniawi lebih menarik bidang pemanfaatan hal-hal rohani bagi hidup sesehari. Firman Allah yang merupakan sarana bagi umat Allah untuk merefleksikan cinta kasih Allah, justru disalahgunakan sebagai alat untuk menyebar kebencian, ketakutan, ancaman bagi orang lain. 

Bait Allah semestinya menjadi tempat yang tepat dan kehendak Tuhan dilaksanakan, justru menjadi tempat jual beli yang menguntungkan kelompok tertentu namun merugikan masyarakat umum. Bait Allah yang diimplementasikan sebagai tempat kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya justru berubah menjadi tempat mencari keuntungan dengan mengatas-namakan agama. Tempat persekongkolan antara para agamawan dan pemilik modal membuat label-label agamawi untuk mendapatkan keuntungan. Orang-orang yang ingin datang ke umpan Allah untuk mendengarkan kebenaran Firman Allah justru dihambat oleh upacara kegamaan yang mahal harganya. 

Bait Allah berubah menjadi tempat "wisata rohani". Terkadang dalam kehidupan bergereja masa kinipun tak terlepas dari mengambil keuntungan di tengah progam kegiatan gerejawi, sehingga sebetulnya dalam kehidupan bergereja saat ini pelaporan keuangan harus transparan, harus jelas. Seringkali pula kita mengambil keuntungan dalam progam kegiatan bergereja tanpa sadar, kita sudah melakukan hal tidak baik, missal memasukan pembelian yang tak ada pada nota pembelian kegiatan gerejawi, sibuk pelayanan ke sana kemari tetapi maksud hati sebetulnya agar bisnis nya ikut laku atau bisa nimbrung jualan barang dagangannya, asal itu murni untuk dipersembahkan sich gpp, tapi seringkali malah mengambil keuntungan pribadi, memanfaatkan pembelian-pembelian barang-barang keperluan pelayanan kematian untuk keuntungan pribadi, dll. Sebelum Pandemi C19, barangkali kita disibukkan dengan perdebatan bolehkah di gedung gereja dipakai untuk tempat berjualan? Bahkan ada toko buku gereja yang menyediakan buku-buku dan asesoris gereja. 

Dan pada masa pandemi C19, pada akhirnya gedung gereja beralih fungsi bahkan tidak lagi menjadi tempat beribadah (bagi gereja yang masih menyelenggarakan secara online), dan bahkan pelayanan bidang diakonia gerejawi kemudian menjadi sangat sibuk dibandingkan bidang ibadah. Persoalannya bukan lagi boleh dan tidak boleh Bait Allah yang dibaca pada masa sekarang sebagai gedung gereja, untuk beralih fungsi atau tidak. Namun bagaimana persekutuan sebagai tubuh Kristus (oikos) yang mendiami bait Allah-Gedung gereja, dimampukan untuk melaksanakan kasih sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan, dan bukan memburu kepentingan pribadi semata. Pada era disrupsi dan pasca 2020 (pandemi C19), di mana segala sesuatu berubah dengan sangat cepat. Termasuk pemahaman tentang gereja pasca pandemi C19, juga mengalami perubahan. Mari kita menghayati hakikat gereja sebagai tubuh Kristus, dalam ikatan persekutuan yang kudus untuk melakukan kasih dan menghadirkan hadirat Allah dalam kehidupan keseharian kita. Itulah makna ibadah, yang tidak lagi dibatasi oleh tempat tertentu yang disebut gedung gereja. 

Bukankah dengan pandemi C19 kita pun dapat memaknai bahwa hadirat Allah pun hadir di tengah keluarga di rumah masing-masing saat kita lakukan dengan cara online? Dan sekaligus kita semakin disemangati oleh gairah (dibakar oleh cinta akan Bait-Nya) untuk menghadirkan hadirat Allah di ruang-ruang publik dengan pelayanan diakonia yang semakin inovatif dan efisien. Menyatakan cinta Allah dan manusia diwujudkan dalam aktivitas kehidupan, cinta akan rumah Tuhan diwujudkan dalam ibadah yang menghidupkan bahkan menghidupi. Rumah Allah (oikos) adalah tempat di mana ekspresi cinta kepada Allah dan sesama dapat diwujudkan melalui ibadah. Ibadah yang sejati tidak mengekspresikan cinta diri (ke dalam), tetapi akan selalu mengekspresikan cinta manusia kepada Allah dan sesama (ke luar). Yesus tidak alergi dengan ritual peribadatan. Ia menghendaki setiap peribadatan yang kita lakukan dijalani dengan semangat penuh cinta, dan kesatuan. Dalam peribadatan yang penuh cinta umat dapat mendengarkan firman Allah. 

Melalui firman Allah (Keluaran 20: 1-17) tersebut memberikan daya kepada umat untuk memberikan hubungan. Dan bukankan semangat yang mendasari Allah untuk memberikan sepuluh perintah? Hukum-hukumnya berdasarkan kasih Allah yang telah berkurban. Seperti halnya gaya cinta melalui derita salib, yang isyarat bodoh dan batu sandungan oleh dunia justru merupakan jalan bagi Allah untuk hadir secara riil di tengah kehidupan umat-Nya (1 Korintus 1:18). Dengan demikian salib merupakan kesaksian yang sangat kontras dengan manusia yang mengandalkan hikmat atau kepandaiannya sendiri. Di hadapan peristiwa salib, umat manusia tidak boleh memahami kehidupan melalui hikmat dan pengertiannya sendiri, tetapi perlu memahami secara personal suara hati Allah dan kasih-Nya. 

Dengan demikian setiap hukum Allah perlu kita pahami sebagai ungkapan hati dan kasih-Nya sehingga perlu direspon dengan sikap kasih pula. kekuatan dan rengkuhan cinta Yesus akan menumbuhkan persekutuan yang akrab, bebas dari rasa takut, yang semestinya nampak dalam peribadatan kita. Cinta diteladankan Yesus Kristus yang mampu menghadapi penderitaan tanpa jatuh kebencian dan berani merengkuh kematian di kayu salib. Dalam cinta, Ia turun ke dalam kerajaan maut dan dengan cinta pula Ia bangkit dari kematian pada hari ketiga. Kebangkitan-Nya merengkuh manusia agar saling mencintai satu sama lain. Sebagaimana Yesus bangkit karena cinta-Nya, manusia benar-benar mengalami hidup merasakan kehidupan dicintai dan bersedia mencintai. 

Demikianlah sebenarnya yang menginginkan Yesus dalam peribadatan. Ritus peribadatan semestinya mengundang setiap orang untuk mengalami cinta Yesus di dalam kehidupan sehari-hari dan melalui semua itu akan menghadirkan cinta dan kehidupan bagi sesama. Dalam cinta, penghargaan dan penghormatan terwujud sejalan. Justru sebenarnya adalah untuk memasuki kehidupan kehidupan bukan ancaman kehidupan. Sehingga kehadiran hidup kita sebagai umpan Allah mendatangkan berkah bagi kehidupan ini. Pelayanan diakonia pemberdayaan jemaat dan masyarakat baik selama pendemi C19 atau pasca pandemi, baiklah juga didasari oleh karena cinta akan Bait-Nya. 

Semangat persekutuan yang dibawa oleh gereja di ruang-ruang publik, yang menghadirkan hadirat Allah melalui karya nyata Kasih dan persaudaraan. Dampak disrupsi dan pandemi C19 yang memukul banyak bidang dan terutama ekonomi, menjadi ladang gereja untuk mengerjakan tugas panggilannya. Tidak hanya para pekerja (buruh) yang kemudian banyak kehilangan pekerjaan, juga para wira usahawan yang juga jatuh usahanya, adalah ruang-ruang publik yang atas mereka Tuhan pun hendak menyapa melalui kehadiran gereja-Nya di tengah umat. Saat kita menghadirkan Tuhan di ruang publik, maka kita pun dimampukan memandang "mereka" yang meski bukan sebagai warga gereja tetapi sebagai satu saudara. 

Sebagai umat Tuhan, akan memandang "mereka" sebagai bagian satu tubuh dalam kasih Kristus. Seperti halnya Kristus yang telah memberi tubuh-Nya menjadi kurban dan tebusan yang sempurna atas dosa, demikianlah kita, umat Tuhan dipanggil untuk menyatakan cinta pada "rumah Tuhan", yaitu persekutuan dalam kehidupan sesehari. Tuhan memberkati dan memampukan kita menyatakan kasih dan belas di mana pun kita berada. Cinta akan rumah Tuhan mewujudkan ibadah yang menghidupkan bahkan menghidupi. Selamat melewati masa Pra-Paskah Paskah, Tuhan memberkati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun