Mohon tunggu...
Titus Roidanto
Titus Roidanto Mohon Tunggu... Dosen - Ngaji Kitab Suci, Ngaji Diri

BERAGAMA HARUS BERAKAL SEHAT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cinta akan Rumah Tuhan Mewujudkan Ibadah yang Menghidupkan

28 Februari 2021   22:34 Diperbarui: 28 Februari 2021   23:35 1119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demikian halnya bagi golongan Yahudi. Salib pada Yesus dianggap sebagai skandal (batu sandungan). Istilah ini muncul karena ketika vonis terhadap Yesus dihadapan Pilatus sebagaimana tuntutan para imam, para ahli Taurat atas tuntutan hukum mati Yesus adalah karena menyebut dirinya Anak Allah. Sehingga olehNya Dia telah melakukan penistaan agama. 

Cara pikir orang Yahudi dan Yunani yang meragukan serta menolak cara Allah melalui salib inilah yang justru dipakai Paulus dalam rangka pertahanan dan penjelasannya. Ayat 20, 21 dan 25 memperlihatkan bagaimaan Paulus melawan pemikiran dari dua golongan ini. Titik pijak yang dipakai adalah 'kelemahan dan ketidaksempurnaan' manusia dalam menangkap kesempurnaan Allah. Bukankah manusia memang tidak akan mampu menyelami hakikat kesempurnaan Allah? Jika perbuatan Allah dapat dimengerti dan dijelaskan sempurna, bukankah manusia berarti telah sempurna seperti Allah?

Tafsir Yohanes 2: 13 - 22
Menarik bahwa kisah Tuhan Yesus membersihkan atau menguduskan Bait Allah disaksikan oleh keempat Injil. Tetapi juga masih ada yang bertanya, Tuhan kok marah, Tuhan kok melakukan kekerasan? Katanya Yesus Tuhan ajaranNya kasih. Wajar kalau Yesus Tuhan marah, Bait Allah adalah rumah Tuhan, rumahNya sendiri, milikNya, kalau rumah kita digunakan sebagai tempat yang tidak semestinya apakah kita tidak marah? Kita akan berpikir "kelewatan ini, rumah orang mao digunakan seenak udelnya sendiri". 

Jadi, wajar kalau Yesus Tuhan marah. Karenanya ketika Yesus datang ke Bait Allah, Ia mengetahui bahwa sebenarnya bait Allah itu fana. Semegah apapun akan hancur. Dengan lantang Yesus berkata, "... jangan kamu membuat Rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." Yesus melakukan tindakan simbolik untuk mengunjungi tentang apa yang sebenarnya ingin Dia sampaikan. Yesus menunjukkan bahwa mereka menerima begitu saja terjungkir baliknya Kehidupan bait Allah. Orang sibuk dengan kurban yang mulus ataukah tidak. Mana uang yang lebih cocok. Dari tindakan Yesus dan perkataan-Nya laporan orang mencari umpan Allah, yang membuat orang menikmati hadirnya Allah, yang membuat batin lega, yang dapat memberikan kehidupan. Dan sebenarnya, itu adalah diri Yesus sendiri. 

Oleh sebab sebab Yesus menyebut,"Rombak Bait Allah ini dan dalam tiga hari Aku akan menyiapkannya kembali." yang ada adalah tubuh-Nya sendiri. Ia akan mati, namun pada hari ketiga Ia akan bangkit. Kematian-Nya adalah wujud cinta-Nya kepada umat Allah. Tentulah hal yang penting menyampaikan pesan bahwa kisah Kristus Bait Allah sebagai suatu peristiwa penting. Kisah yang ditulis dalam perikop ini dengan latar belakang hari raya Paskah. Sebuah Anugerah besar-besaran yang akan diikuti oleh orang Yahudi. Mereka yang tinggal di tempat-tempat jauh pun menyempatkan diri untuk mengatur Paskah di Bait Allah yang terletak di Yerusalem. 

Dalam tradisi bangsa Israel, Bait Allah memiliki nilai penting. Bait Allah diimplementasikan sebagai tempat kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya. Bait Allah yang kompleks. Di satu sisi untuk menjaga upacara, keagamaan, para imam memastikan bahwa persembahan yang dibawa umat memang persembahan yang tak bercacat. Tiap orang Yahudi yang sudah dewasa dituntut untuk mengikuti beberapa perayaan keagamaan yang dipusatkan di bait Allah. Setidaknya mereka akan mengikuti tiga hari raya (Kel 23:14-17). Salah satunya adalah Paska (Yoh 2:13, 23). Bait Allah Yerusalem akan penuh sesak dengan orang Yahudi dari berbagai tempat, saat hari raya keagamaan diperingati, baik yang berasal dari wilayah Israel maupun negara lain. 

Pada waktu itu, para imam telah mengizinkan para pedagang untuk memenuhi kebutuhan ibadah dari para peziarah. Mereka berjualan di halaman bait Allah atau di pelataran untuk kaum proselit atau yang disebut juga the Court of Gentiles. Yohanes 2:14-15 hanya mencatat tentang para penjual kambing-domba, lembu, burung merpati, dan penukar uang. Tujuan awal di balik praktik penjualan hewan korban dan uang bea bait Allah adalah baik. Para peziarah akan sangat tidak nyaman apabila harus membawa binatang-binatang korban jauh-jauh dari tempat asal mereka. Mereka pun akan mengalami kesulitan mendapatkan mata uang khusus yang diperlukan. Jadi, dengan perdagangan ini membuat praktek ibadah bangsa Yahudi menjadi lebih nyaman. 

Tetapi mengapa Yesus memiliki sikap lain dengan malah mengusir pedagang dengan ternaknya, juga membalikkan meja-meja penukar uang dan menghamburkannya? Mereka yang akan menunaikan kewajiban agama, memerlukan hewan korban dan uang khusus untuk pembayaran ke bait Allah. Persoalannya, tentu mereka akan kesulitan membawa hewan-hewan korban itu bepergian bersama mereka. Hal lain adalah, mereka kesulitan untuk bisa mendapatkan uang khusus tersebut di negara mereka masing-masing? 

Demikian juga uang yang akan digunakan untuk transaksi adalah uang yang sah oleh pemerintah Romawi, sehingga untuk "memudahkan" para pengunjung, di halaman Bait Allah digelar tempat jual hewan korban dan tukar menukar mata uang. Di sisi lain, sebenarnya para imam tidak memiliki kuasa penuh karena penguasa Romawi memiliki otoritas yang lebih tinggi dari para imam. Penguasa Romawi mengambil keuntungan dari kegiatan yang terjadi di Bait Allah. Merekalah yang mengontrol berbagai kegiatan di Bait Allah. Bait Allah yang semestinya menjadi tempat yang kebenaran dan kehendak Tuhan dilaksanakan menjadi tempat jual beli yang menguntungkan kelompok yang merugikan masyarakat umum. Situasi ini dipandang tidak benar oleh Tuhan Yesus. Karenanya saat Dia memasuki Bait Allah, dia membuat cambuk tali. Para pedagang, Dia usir,"Jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan" . 

Orang-orang Yahudi yang ada di situ tidak menerima perlakuan Yesus itu. Mereka meminta kepada Yesus "surat kuasa" atas tindakan-Nya itu. Namun Yesus menghardik mereka dengan mengatakan, "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendongkraknya kembali." Mendengar pernyataan Yesus itu, orang Yahudi tidak bisa memahami, bahkan pernyataan Yesus itu yang sangat mustahil. Mereka sangat tahu bahwa Bait Allah dibangun dalam waktu lama, kurang lebih 40 tahun. Ketika mereka mendengar bahwa Yesus akan memilih kembali Bait Allah dalam waktu tiga hari, mereka tidak paham bahwa alarm-Nya adalah tubuh-Nya sendiri. Ia akan mati, namun pada hari ketiga Ia akan bangkit. 

Di sisi lain, Injil Yohanes menyaksikan bahwa Tuhan Yesus sebenarnya adalah Sang Firman Allah yang menjadi manusia (Yoh. 1:14). Dengan demikian, makna teologis yang didapatkan bahwa "Nama llah" yang menunjuk kepada diri Yahweh sendiri yang hadir di tengah umat-Nya melalui media Bait Allah. Di sisi lain, kini dalam diri Yesus Kristus, Allah hadir melalui firman-Nya secara riil sebagai seorang manusia ditengah umat-Nya secara khusus ketika Yesus disalibkan dan wafat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun