Namun ternyata itu pun masih dianggap belum cukup efektif untuk mengisi masa pensiunnya oleh sang istri yang paham akan "vitalitas" sang suami dalam bekerja.
Di lain situasi, seorang mantan direktur di sebuah perusahaan swasta, betul-betul mengalami pukulan batin, oleh sebab dirinya belum mempersiapkan secara matang kegiatan di masa pensiun.Â
Mungkin tadinya bermaksud ingin mengisi masa pensiun dengan bersantai-santai sepanjang hari di rumah, atau oleh sebab lain akhirnya justru mengisi masa pensiunnya dengan perilaku uring-uringan sepanjang hari.Â
Awalnya begitu hari pensiun tiba, dirinya menginvestasikan sebagian uang yang dimilikinya ke dalam usaha milik temannya. Sayangnya, usaha milik sang teman gagal total, mengakibatkan uang yang dinvestasikannya musnah tanpa belas kasih.Â
Hari berbilang minggu, minggu berbilang bulan, bulan berbilang tahun. Belum genap dua tahun, dirinya sudah menjadi orang yang paling menyebalkan di rumahnya. Nyaris setiap hari memancing pertengkaran dengan orang seisi rumah.Â
Seturut dengan istrinya yang kebetulan berusia jauh lebih muda dan memiliki karir yang bagus di luar rumah, maka belum genap tiga tahun masa pensiun, gugatan perceraian dilayangkan oleh sang istri.Â
Genap sudah penderitaan sang mantan direktur, sudah kehilangan pekerjaan, disusul dengan kehilangan istri. Tak dijelaskan bagaimana nasib para anak yang sudah menjelang dewasa serta mandiri.
Post Power Syndrome
Bagi sebagian orang, bekerja merupakan keharusan demi membiayai kebutuhan sehari-hari. Bekerja bisa juga menyebabkan seseorang memiliki tanggung jawab, kekuasaan, ataupun hak-hak istimewa yang membuat orang tersebut merasa dihargai serta membuat kebahagiaan yang tiada terhingga.Â
Pada masa pensiun, semua yang dimiliki oleh pekerja tersebut akan hilang, baik itu uang, maupun tanggung jawab, kekuasasaan serta hak-hak istimewa lainnya.Â
Pada titik inilah orang tersebut akan mengalami siksaan bathin yang jika tak kuat menanggung akan mengakibatkan gangguan yang cukup berat bagi kehidupan di usia senjanya.