Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sekali Lagi tentang Lockdown dan Jaga Diri

23 Maret 2020   16:07 Diperbarui: 23 Maret 2020   16:18 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam sebuah perjalanan, seorang pria paruh baya, pekerja kelas menengah berbincang-bincang dengan seorang sopir perusahaan tempatnya bekerja.  

Pembicaraannya seputar wabah corona yang belakangan ini sedang menghantui Tangerang dan sekitarnya.  Sang pria merasa ngeri, karena dua putrinya yang sedang kuliah terpaksa pulang dari pondokan, dan tinggal di rumah untuk kuliah jarak jauh, karena kampus ditutup.  

Istrinya pun yang memiliki kantor jasa hukum sendiri, memilih bekerja dari rumah, mempersilahkan para karyawannya datang ke kantor setelah jam sibuk dan pulang sebelum waktunya untuk menghindari kerumunan.  

Melarang sang suaminya untuk pergi berolah raga ke luar, dan membiarkan sang suami terbengong-bengong di rumah seperti orang hilang ingatan.  Namun tak melarang sang suami pergi bekerja demi asap dapur terus mengepul. 

Masih beruntung sang suami memiliki kepandaian mendongeng sehalaman dua, untuk dikirim ke Kompasiana.  Sebab jika tidak, kemungkinan sang suami akan menjadi gila sebelum waktunya, oleh karena remote televisi yang hanya satu-satunya pun juga dikuasai sang nyonya rumah.

Betapa terkejutnya sang pria, setelah mendengar penjelasan sang sopir, yang bertempat tinggal di perkampungan sekitar dengan tetangga yang memiliki cara berpikir yang nyaris sama dengan sang sopir.  

Tak sedikitpun terlihat kekhawatiran terhadap merebaknya wabah corona, alasannya sederhana, "Toh penyakit tersebut akan mati, virusnya kan tak kuat udara panas.  

Tangan kita kan panas, biarkan saja selama beberapa jam, maka virus akan mati.".  Gawat, namun demikianlah memang informasi yang beredar tatakala epidemi corona bermula di Wuhan, pada saat musim dingin beberapa waktu lalu.  

Sang sopir pun melanjutkan, "Itu sih, orang-orang yang bawa virus dari Cina sana, nggak dicegah.".  Makin gawat saja, dianggapnya orang membawa virus seperti orang membawa sekeranjang durian melewati petugas keamanan atau bea cukai di bandara sana.

Pada kesempatan lain, seorang pengemudi taksi online yang ditumpangi sang pria, menceramahinya panjang lebar tentang betapa berlebihannya perlakuan pemerintah negara-negara lain, khususnya Itali dalam hal melakukan karantina massal (lock down) terhadap warga negaranya.  

Sang pengemudi dengan segala argumentasinya, yang sebagian argumentasi dengan mengutip ayat-ayat agama menekankan bahwa kematian, jodoh dan rejeki sudah digariskan dari sejak lahir.  Jadi tidak usah takut dengan kematian, karena percuma jika kita menghindar dari corona tetap saja akan mati dengan cara lain.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun