Mohon tunggu...
Titik Nur Farikhah
Titik Nur Farikhah Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Menulis adalah bekerja untuk keabadian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memasuki Masa Pensiun dengan Bahagia

1 April 2020   19:10 Diperbarui: 1 April 2020   19:57 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Bahagia di Masa Pensiun

TidakTidak bisa dipungkiri, cepat atau lambat masa pensiun itu pasti akan tiba. Tentunya butuh persiapan untuk menghadapi masa itu, mengingat ritme aktivitas keseharian akan berbeda dari saat seseorang masih aktif bekerja dengan setelah pensiun. Harapannya, saat masa itu datang aura bahagia tetap terpancar bahkan lebih bersinar karena merasa telah berhasil menjalani masa kerja selama berpuluh-puluh tahun dengan berbagai dinamikanya.

Tidak jadi persoalan jika yang bersangkutan sudah siap untuk menghadapinya. Namun akan menjadi masalah tersendiri, manakala persiapan itu belum ada sama sekali. Mereka yang tidak siap menghadapi masa pensiun, hatinya diliputi kekecewaan, merasa diperlakukan tidak adil, bahkan berbagai persepsi negatif cenderung menghinggapi dirinya. Hal seperti inilah yang kadang membuat seorang pensiunan dapat tertekan, hingga mengganggu kesehatan bahkan kehidupan keluarganya.

Lalu, bagaimana menikmati masa pensiun yang bahagia?

Kata kuncinya terletak pada ikhlas menjalani kehidupan. Sebetulnya, kondisi ini perlu dipersiapkan bukan saat mendekati masa pensiun tetapi justru ditanamkan sejak masih aktif bekerja.

Pertama, jaga kesehatan. Menjaga kesehatan saat masih aktif bekerja merupakan investasi jangka panjang.  Selain bisa maksimal dalam bekerja, saat menghadapi masa purna tugas akan terasa lebih siap karena kondisi fisik yang masih prima. Melakukan aktivitas yang lain pun terasa bersemangat.

Kedua, memperbaiki pola pikir. Berpikir positif atau positive thinking akan membawa dampak yang baik bagi organ tubuh. Dengan positive thinking, pikiran lebih rileks, jasmani dan rohani lebih sehat, dan lebih bersemangat menjalani hidup.

Ketiga, faktor keuangan. Tak bisa dipungkiri bahwa hidup butuh biaya meskipun uang bukan segalanya. Menjalani hidup dengan kesederhanaan dan sebisa mungkin terbebas dari lilitan utang, menjadikan hidup lebih terasa ringan tanpa beban.

Keempat, dekat dengan keluarga. Menjadikan masa purna tugas untuk lebih dekat dengan keluarga. Seperti mengganti waktu yang dulu sering terlewatkan bersama keluarga meskipun waktu tidak mungkin kembali lagi. Kesempatan untuk kembali dekat dengan keluarga menjadi momen terindah yang perlu disyukuri.

Kelima, jalin silaturahmi. Kesempatan bertemu dan menjalin silaturahmi dengan sanak keluarga, sahabat, dan teman dekat terasa lebih leluasa.  Memanfaatkan momen ini dengan sebaik-baiknya akan memperluas rezeki dan memanjangkan usia.

Keenam, lebih banyak membaca. Memanfaatkan waktu luang dengan membaca ibarat rekreasi tanpa harus bepergian. Selain menambah pengetahuan,  aktivitas ini bisa dilakukan sebagai pengganti jalan-jalan yang akan memerlukan banyak energi.

Ketujuh, ibadah lebih intens. Kedekatan dengan Sang Maha Pemberi Hidup, kekhusyukan saat beribadah akan mendominasi hari-hari saat memasuki masa purna tugas. Tak ada lagi beban kerja apalagi target-target jelang akhir tahun. Semua waktu bisa dimanfaatkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Illahi Rabbi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun