Waktu masih sekolah, saya ingat ada pelajaran tentang pembagian kebutuhan berdasarkan intensitasnya. Ada kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer merupakan kebutuhan yang paling penting, paling mendasar untuk kelangsungan hidup. Sandang, pangan, dan papan, masuk dalam kategori ini.
Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan sekunder yang muncul setelah kebutuhan primer terpenuhi. Misal, ketika sandang, pangan, dan papan telah terpenuhi, manusia mulai memikirkan tentang kesehatan, pendidikan. Beberapa orang mungkin mengelompokkan kesehatan dan pendidikan ke dalam kebutuhan primer. Tapi saya lebih condong menempatkan pendidikan dan kesehatan dalam kebutuhan sekunder. Menurut saya, saat manusia masih kesulitan untuk mendapatkan sandang, pangan, dan papan, saya yakin pendidikan dan kesehatan bukan merupakan prioritas. Yang penting bisa makan, yang penting bisa berlindung dari panas dan hujan, yang penting ada kain untuk menutupi kulit. Makanan apa yang dimakan, rumahnya seperti apa, bahan pakaiannya seperti apa, semua itu tidak masalah. Untuk saya pribadi, setelah sandang, pangan, dan papan terpenuhi, maka kebutuhan sekunder yang akan saya penuhi adalah pendidikan.Â
Kesehatan? Bagi kebanyakan orang di Indonesia, kesehatan akan menempati kebutuhan tersier. Karena itu, hanya segelintir orang yang melakukan pemeriksaan rutin kesehatan. Kebanyakan orang melakukan pemeriksaan kesehatan ketika sudah merasakan keluhan.Â
Pulsa dan kuota menurut saya saat ini juga masuk dalam kebutuhan sekunder ketika pemanfaatannya untuk menunjang pendidikan dan pekerjaan. Tapi bila pemanfaatannya untuk gaya hidup maka pulsa dan kuota masuk dalam kebutuhan tersier.
Kendaraan buat saya juga masuk dalam kebutuhan sekunder. Bila mobilitas untuk ke sekolah, kantor, atau fasilitas publik lainnya sudah ditanggung oleh pemerintah, mungkin saya akan menempatkan kendaraan dalam kebutuhan tersier. Tapi, masalahnya saat ini sarana transportasi anak untuk sekolah belum ada. Dulu sempat ada angkutan pelajar, entah karena kurangnya anggaran atau karena sebab lain, kerjasama dengan ORGANDA tidak diteruskan. Padahal sebagai orangtua saya sangat terbantu dengan adanya angkutan pelajar. Bis sekolah juga tidak ada (hanya untuk sekolah swasta yang saya yakin juga tidak gratis). Tapi, boleh dong kalau saya berangan-angan suatu saat nanti kendaraan pribadi akan masuk dalam kategori kebutuhan tersier karena semua sudah ditanggung oleh pemerintah. Akan ada banyak transportasi publik yang memungkinkan pelajar/mahasiswa, pekerja, dan masyarakat umum melakukan mobilitas dengan mudah.
Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan tersier, yaitu kebutuhan yang hanya bisa dipenuhi dengan barang-barang mewah, branded. Normalnya, orang mulai memenuhi kebutuhan tersier ketika kebutuhan primer dan sekunder telah terpenuhi. Tapi sekarang orang-orang banyak yang tidak normal. Kebutuhan primer dan sekunder belum terpenuhi, sudah memenuhi kebutuhan tersier.Â
Kenapa saya tiba-tiba membahas pembagian kebutuhan? Beberapa hari lalu saya membaca berita kalau Pemerintah Kota Banjarbaru menggelontorkan anggaran 17,9 M untuk membangun rumah dinas Wali Kota. Alasannya rumah dinas yang ada saat ini tidak representatif.Â
Yakin semua kebutuhan primer dan sekunder warga sudah terpenuhi? Yakin tidak ada lagi warga yang kesulitan sandang, pangan, dan papan di Banjarbaru? Yakin semua infrastruktur (jalan, jembatan, PJU, faskes, dll) sudah dalam keadaan baik? Yakin transportasi publik sudah terpenuhi? Yakin semua aparatur sudah memiliki kapasitas yang kapabilitas di bidangnya? Masih banyak hal yang perlu dibenahi di kota ini daripada membangun sebuah rumah dinas lengkap dengan fasilitasnya.Pe
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI