Saat bekerja di kantor, saya sering didatangi oleh berbagai macam pedagang. Semuanya ada jadwalnya lho. Kalau pagi penjual sayur dan jamu. Ini sifatnya rutin dan pelanggannya hampir semua ibu-ibu di kantor.
Ada juga penjual bubur kacang hijau, bubur gunting dan bubur randang. Buat yang belum tahu, bubur ini adalah makanan tradisional orang Banjar. Kalau Acil Bubur (sebutan saya untuk penjualnya) datangnya tidak rutin. Kadang-kadang saja, karena kesehatan beliau juga tidak begitu baik. Kok tahu? Ya tahulah karena si Acil sering curhat. Oh iya...selain jualan bubur, kadang Acil ini juga jualan kacang rebus dan jagung rebus.
Selanjutnya ada penjual yakult yang datangnya mingguan. Biasanya sih setiap hari Jum'at.
Selain itu ada juga penjual tahu dan susu kedelai, penjual bakso, dan penjual pecel.
Kalau penjual tahu dan susu kedelai serta penjual bakso datangnya biasanya pada sore hari, tidak tiap hari juga. Tapi dalam satu minggu pasti muncul di kantor.
Nah...beda lagi dengan bibi pecel. Bibi yang jualan keliling sambil mendorong gerobaknya ini datangnya hanya pada saat ada panggilan.
Waduh...ini mau kerja atau mau makan? He..he.. kerja sambil makan.
Nah...saat pandemi Corona dan kebijakan karyawan yang masuk hanya 30%, otomatis frekuensi pertemuan saya dengan para pedagang ini semakin berkurang.
"Aduh...Acil sekarang tambah susah jualannya," curhat Acil Bubur.
Lalu saya beri solusi untuk berjualan di depan rumah saja atau buka lapak di pinggir jalan.