Kenapa Kita Harus Belajar?

Dalam kehidupan sehari-hari kita pernah merasa diri tertinggal jauh dari orang lain Atau tidak percaya diri dengan kemampuan sendiri. Aku rasa kita semua pernah mengalami hal ini. Kita masih terkendala akan alasan-alasan. 

Oleh karena itu, kita memerlukan suatu ilmu yang bisa merubah tingkah laku kita yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan (pemahaman) yang berasal dari peristiwa eksternal (pengalaman) di lingkungan individu yang bersangkutan untuk bisa affective, psychomotor, dan cognitive. Ilmu tersebut bisa kita dapatkan dengan belajar. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Gagne, 1977.

Maka dari itu, kita harus belajar, supaya meiliki tiga potensi yang terdiri dari affective yang berfokus pada tata krama, nilai-nilai (moral atau aturan) minat dan apresiasi, yang kedua yaitu psychomotor yang berfokus pada kepada kemampuan belajaruntuk menyelesaikan tugas-tugas secara fisik, yang ketiga yaitu cognitive yang berfokus terhadap berfikir kristis, memecahkan masalah, menciptakan dasar-dasar pengentahuan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh bloom.

Kalau saat ini kita masih belum jadi 'siapa-siapa'. Masih berada di anak tangga yang paling bawah, maka tidak perlu merasa kecil dan bersedih hati. Tugas kita hanya berusaha dan memaksimalkan potensi yang dimiliki. Tuhan yang menjadi saksi atas apa yang kita usahakan selama ini. Lihat ke bawah agar kita tahu bahwa masih banyak orang yang hidupnya lebih sulit dari kita. Sebagai pengingat agar kita tidak menjadi manusia yang keras hatinya. 

Lihat pula ke atas, ada banyak orang yang telah mencapai titik kesuksesanya. Hal ini perlu dijadikan acuan agar kita bisa  melangkah lebih jauh. Dan ingatlah bahwa belajar adalah changing yaitu proses sebuah perubahan tingkah laku, yang kedua yaitu participating yaitu sebuah proses yang melibatkan individu dan atau kelompok, yang ketiga yaitu understanding yaitu sebuah proses yang tidak hanya menghafal, atau mengetahui tapi juga memahami, dan belajar itu adalah sebuah pengalaman, tapi bukan sebuah hasil.