Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Filsafat | Climate Justice and DRR

Penulis adalah praktisi Pengurangan Risiko Bencana dan Pengamat Sosial

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mentalitas Burung Condor di Balik Tingginya Angka Kasus Covid-19 di Indonesia

15 Februari 2021   06:40 Diperbarui: 15 Februari 2021   07:05 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterampilan burung kondor Andes dalam membubung sangat penting untuk gaya hidup pemulung. Foto: Alamy (sumber : theguardian.com)

Tingginya angka kasus Covid-19 sangat bisa diturunkan melalui kedisiplinan, kejujuran serta karakter kepemimpinan efektif dan tangkas yang mengendalikan penularan penyakit ini. 

Waktu maksimal kekebalan terhadap Covid-19 sesudah menerima lengkap Vaksin Sinovac belum diketahui pasti, namun setidaknya masih bertahan 3 bulan sesudah suntik terakhir.

Artinya pengendalian penyakit Covid-19 ini tidak bisa hanya bergantung pada daya efikasi vaksin, melainkan justru sangat bergantung pada upaya promotif dan preemtif pencegahan serta pemutusan rantai penularannya.

Upaya pelaksanaan pengetatan secara terbatas kegiatan masyarakat (PTKM) untuk membatasi mobilitas warga pada tingkat mikro secara berjenjang perlu dibarengi dengan literasi COVID-19 yang cerdas dan kritis seperti yang dikeluarkan oleh drh. Moh. Indro Cahyono.

Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan serta menyebabkan Covid-19 hanya bisa bertahan hidup di luar tubuh manusia dalam media droplets yang gelap, basah, dan dingin. Virus tidak bisa bertahan hidup lama tanpa perantara media tersebut, jadi jika misalnya ada orang yang sudah terinfeksi mengeluarkan droplets (cairan lendir atau ludah), lalu kena di baju, kain, atau meja, maka virus tetap hidup selama droplet itu belum mengering. 

Droplets yang mengering sendiri karena pengaruh lingkungan, misalnya karena panas atau disinfektan, maka virusnya akan otomatis mati. 

Manusia yang sudah pernah terinfeksi virus tersebut dan sembuh masih bisa terkena infeksi strains virus itu tetapi sel memori tubuh akan mengeluarkan antibodi lebih cepat (bukan 7 hari seperti infeksi pertama), yang langsung keluar dalam waktu 1 hari (24 jam).

Banyak terobosan aksi dari pengetahuan dan praktek terbaik (best practices) untuk mengurangi laju penularan Covid-19 pada tingkat individu dan keluarga.

Salah satu upaya mudah dan murah itu adalah dengan cara membersihkan virus dari hidung kita menggunakan cairan garam non yodium. Air garam non yudium ini bisa digantikan cairan infus. 

Banyak cara lainnya untuk memutuskan rantai penularan Covid-19 mulai dari tingkat individu. Literasi pencegahan penyakit ini harus dilakukan secara masif dalam frekuensi banyak agar menjadi habit di masyarakat.

Intinya ada tiga persoalan penanganan pandemi Covid-19 yaitu pertama persoalan pencegahan & pengendalian, kedua adalah persoalan tata kelola pandemi dan ketiga adalah persoalan pemulihan dampak pandemi di semua aspek utamanya ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun