Mohon tunggu...
Tiknan Tasmaun
Tiknan Tasmaun Mohon Tunggu... Administrasi - Praktisi herbal sekaligus blogger

Praktisi herbal yang ingin bermanfaat bagi sesama. Punya website di www.tiknan.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perlukah Gadis Menutup Aib kepada Calon Suaminya ?

27 November 2017   13:39 Diperbarui: 19 Januari 2018   09:37 2062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal Menutup Aib.

Menutup aib diri sendiri atau aib orang lain adalah tindakan yang  terpuji baik dari sisi agama maupun sosio-psikologis. Mengapa demikian ?  Karena pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna. Semulia apapun  seorang manusia biasa jaman sekarang di mata masyarakat, pasti secara  pribadi dia tetap punya cacat, cela dan aib. Hanya saja aib tersebut  ditutupi Allah untuk memuliakan hamba tersebut. Karena itulah maka hal  menutup aib diri maupun orang lain itu adalah perkara yang mulia.

Secara khusus aib yang penulis maksudkan dalam tulisan ini adalah jika si  gadis sudah kehilangan mahkota paling berharganya. Saat dia mau  menikah, haruskah dia menceritakan kepada suaminya bahwa dia sudah tidak  perawan lagi. Seperti diketahui bahwa keperawanan bisa hilang dengan  berbagai sebab, yaitu karena perzinahan suka sama suka dan juga ada yang  karena peristiwa tindak pidana pemerkosan.     

Ada dua sudut pandang yang akan penulis  kupas dalam menelaah kasus ini. Satu dari sudut pandang moral --  keagamaan dan yang satunya lagi dari sudut pandang sosio-psikologis.

Dari sudut pandang keagamaan, penulis  berpedoman bahwa secara umum diharuskannya kita menutupi aib diri  sendiri maupun orang lain. Karena itu penulis berpendapat si gadis yang  karena berbagai sebab telah kehilangan keperawannya TIDA USAH  MENCERITAKAN aib tersebut kepada calon suaminya.

Sedangkan dari sudut pandang sosio-psikologis, uraian penulis demikian :

Akan sangat indah jika si gadis yang  sudah kehilangan keperawannya bisa berlaku berterus terang akan  keadaannya kepada calon suami dan demikian juga si calon suami mampu  menerima keadan tersebut secara ikhlas.

Namun, hal demikian sangat sulit terjadi,  khususnya bagi kita masyarakat Asia ini. Mayoritas kaum lelaki kita  masih egois, menuntut keperawanan calon istri. Tidak bisa menerima  keadaan calon istri apa adanya. Padahal, seharusnya masa lalu siapapun,  termasuk masa lalu calon istri, adalah hak dia, bukan hak calon suami  untuk menghakimi.

Justru yang terjadi jika si gadis  menceritakan apa adanya, maka si calon suami biasanya akan memutuskan  pertunangan dan membatalkan pernikahan. Pun jika berlanjut ke jenjang  pernikahan, maka sangat rentan terjadi konflik laten antara pasangan  tersebut. Ada konflik sekecil apapun, sangat mudah bagi si suami untuk  mengungkit -- ungkit masa lalu si istri.

Karena itu, dari pandangan sosio --  psikologis, sebaiknya si gadis yang sudah kehilangan keperawanannya  TIDAK PERLU MENCERITAKAN aib tersebut kepada calon suami demi  kebahagiaan kehidupan rumah tangga kelak. (by : Sekar Husada )

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun