Mohon tunggu...
Tigaris Alifandi
Tigaris Alifandi Mohon Tunggu... Teknisi - Karyawan BUMN

Kuli penikmat ketenangan. Membaca dan menulis ditengah padatnya pekerjaan | Blog : https://tigarisme.com/ | Surel : tigarboker@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berdamai dengan 30 September

30 September 2018   01:27 Diperbarui: 30 September 2018   01:43 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demokrasi Terpimpin yang digagas Bung Karno mengintegrasikan 3 kekuatan besar politik yang dianggap dominan saat itu. Doktrin Nasakom justifikasinya. Paduan antara partai politik beraliran Nasionalis, Agamis dan Komunis yang menjadi pendukung setia Bung Karno.

PKI sebagai parpol pendukung Bung Karno menjadi salah satu partai besar saat itu. Loyalitas mereka kepada Putra Sang Fajar membuat Bung Karno memberikan akses yang besar dalam proses politik saat itu. Dudu sanak dudu kadang, yen mati aku melu kelangan. Begitu esensi salah satu pidato Soekarno seperti yang dijelaskan oleh Sofjan Wanandi dalam bukunya, Menyibak Tabir Orde Baru.

Menjelang kejatuhannya, kesehatan Bung Karno semakin menurun. Dan suksesi menjadi fokus berbagai kekuatan politik saat itu. Sikut-menyikut mulai terasa. Dan konflik politik pun terbuka : PKI melawan Angkatan Darat.

AD geram kepada PKI ketika mereka mengusulkan dibentuknya Angkatan Kelima beranggotakan buruh dan tani yang dipersenjatai dan dilatih secara militer. PKI sadar, secara fisik mereka tidak akan menang. Dan AD pun mulai terusik. Apalagi setelah beredar isu dibentuknya Dewan Jenderal, yang siap mengkudeta Soekarno yang mulai sakit-sakitan. AD pun mendapat informasi bahwa PKI siap melakukan kudeta dan menjadikan Indonesia sebagai negara komunis. Makin memanas.

Entah siapa yang merancang, banyak versi berseliweran terutama setelah Reformasi. Sekelompok pasukan yang dikomando Letkol Untung membunuh perwira AD yang dianggap "liberalis", termasuk diantaranya Ahmad Yani, yang disebut-sebut sebagai kandidat kuat suksesor Soekarno. Guru Besar dan sosok senior militer kita waktu itu, tentara angkatan pertama yang ikut berjuang merebut kemerdekaan, Nasution, lolos dari operasi keji itu. Perwira yang ditetapkan menjadi Pahlawan Revolusi oleh Pemerintah.

Peristiwa inilah yang dinamakan, entah lah apakah G 30 S saja, atau G 30 S /PKI, atau Gestapu, atau Gestok. Yang menjadi salah satu pemicu perubahan arah bangsa. Sejarah baru dimulai.

Singkat cerita, rentetan kejadian sesudahnya adalah dikeluarkannya Supersemar yang sampai sekarang surat aslinya belum ditemukan. Muncul dualisme kepemimpinan nasional. Dan akhirnya Soekarno dilengserkan oleh MPRS pimpinan Nasution kala itu. Pemegang Supersemar, pemegang wahyu kepemimpinan juga menurut beberapa pengikut setianya, Soeharto, memulai sebuah era baru yang disebut Orde Baru.

..............................

Asvi Warman Adam, menjelaskan periodisasi historiografi peristiwa G 30 S dalam orasi pengukuhan dirinya sebagai Profesor riset bidang sejarah politik. Periode pertama, tahun 1965-1968 sebagai masa pencarian dalang peristiwa G 30 S. Periode kedua, tahun 1968-1998, periode dimana pembuatan narasi sejarah tunggal oleh Pemerintahan Orde Baru, yang diikuti oleh de-Soekarnoisasi pada era itu. Dan yang ketiga, setelah Reformasi 1998, dimana pihak terkait, utamanya korban yang bungkam selama 30 tahun mulai angkat bicara dan coba meluruskan sejarah yang dianggap dibelokkan.

Narasi sejarah Orde Baru menonjolkan peran utama PKI dalam peristiwa berdarah itu. Sementara keadaan post-reformasi memunculkan berbagai versi baru yang berbeda, bahkan ada yang menempatkan Soeharto sebagai dalang peristiwa.

Ya, saya sendiri bingung. Mana yang benar, mana yang fiktif. Entah PKI terbukti atau tidak, akan melakukan kudeta sekaligus mengubah ideologi negara menjadi Komunis. Entah benar atau salah, Soeharto merancang pembunuhan beberapa perwira militer untuk memuluskan langkahnya menjadi suksesor Soekarno. Dengan menempatkan PKI sebagai subyek utama sekaligus memaksa Soekarno lemah secara politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun