Mohon tunggu...
Tifani Nurmalawidia
Tifani Nurmalawidia Mohon Tunggu... Lainnya - freelance

Seseorang yang hobi menulis dan maniak buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kunjungan Mahasiswa KKM-DR UIN Maliki Malang ke Kampung Tempe di Desa Parerejo

21 Januari 2021   22:50 Diperbarui: 21 Januari 2021   23:03 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dusun Blimbing, Desa Parerejo, Kecamatan Purwodadi, Pasuruan Jawa Timur – terkenal akan kampung tempe yang sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Bahkan terdapat tugu yang bertuliskan ‘Kampung Tempe’ sebelum Anda masuk ke kawasan kampung tempe tersebut.

surya.co.id
surya.co.id
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bahkan pernah berkunjung ke kampung tersebut. Dilansir dari detiknews.com, beliau bahkan sangat tertarik dengan produk turunannya yakni es krim tempe. Dan produk tempe Desa Parerejo sebenarnya sudah sangat dikenal dan tidak hanya dijual di Pasuruan saja, tetapi juga dibeli oleh warga Malang dan sekitarnya.

Dari keterangan warga sekitar, bu Zahroh juga mengatakan di Dusun Blimbing sendiri pernah terdapat bazar sekitar tahun 2018 yang dilaksanakan setiap minggu. Produk yang dijual oleh warga sekitar juga bermacam-macam mulai dari brownies tempe, es krim tempe, kripik tempe. Dan dilaksanakannya bazar tersebut karena Desa Parerejo terkenal akan tempenya. Namun beliau juga mengatakan tradisi tersebut lama kelamaan hilang.

Salah satu kunjungan yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa KKM UIN Maliki Malang adalah melihat proses pembuatan tempe secara langsung di rumah bapak Ansori dan melakukan wawancara terhadap beliau mengenai sejarah dan perkembangan usaha tempe tahu miliknya. Kami berharap dari tulisan ini, Kampung Tempe yang terletak di Desa Parerejo akan semakin dikenal oleh masyarakat luas.

Bapak Ansori bercerita bahwa sejarah pembuatan usaha tempenya dilakukan secara turun temurun bahkan dari zaman gerilya. “Bapak saya memulai usahanya sampai tahun 1982 lalu dilanjut kakak saya Hj. Buari sampai tahun 1997, baru saya.” Beliau menjelaskan.

Kami diajak berkeliling melihat-lihat proses pembuatan tempe, mulai dari pemasakan kedelai sampai setengah matang lalu digiling dan dipecah (kulit arinya dikupas). Proses selanjutnya yaitu dicuci bersih dan direndam satu hari satu malam. Baru setelahnya dimasak lagi sampai matang merata lalu didinginkan dan diberi ragi.

Selain itu bapak Ansori juga sedikit menjelaskan tentang pembuatan tahu, bahwa pembuatan tahu itu merupakan ilmu pasti “Kalau tahu itu tidak boleh lama-lama, prosesnya cuma setengah jam atau kurang lebih 45 menit, kalau kelamaan bisa tidak jadi tahu.”

Dalam usaha tempe milik bapak Ansori, beliau mempekerjakan sekitar tiga orang karyawan dan dua sopir. Sementara untuk produknya bapak Ansori menjelaskan ada beberapa produk yang bisa dikembangkan dari tempe, contohnya ada kripik tempe, nugget tempe, es krim tempe, atau sari dari kedelai untuk kemudian diolah menjadi susu kedelai – yang dikembangkan melalui paguyuban di balai desa setempat.

Untuk pemasaran usaha tempe dan tahu, beliau mengatakan bahwa beliau sendiri yang melakukan pemasarannya secara langsung melalui penjual sayur dan para pengepul. Daerah yang menjadi distributornya meliputi Nongkojajar, Lawang dan Sukorejo. Kami sempat bertanya apakah untuk kedepannya akan dipasarkan ke luar kota  melihat besarnya demand  terhadap tempe dan tahu, walaupun dalam pandemi Covid-19 saat ini permintaan pasar memang semakin lesu. Namun beliau hanya menjawab dengan rendah hati “Mungkin untuk sementara hanya sekitar sini dan khusus untuk tahu, melihat  orderan saja. Untuk pemasaran online-nya saya hanya main WhatsApp saja”

Beliau juga menambahkan “Biasanya permintaan di Nongkojajar itu sekitar 10 box, di Lawang 7 box kalau di Sukorejo kurang lebih 8 box untuk setiap harinya. Biasanya kalau hari besar seperti maulud, rajab, puasa dan menjelang idul fitri orderan untuk tahu sama tempe itu dua kali lipat.”

Untuk bahan pembuatan tempe dan tahu yaitu kedelai, bapak Ansori mengambil dari distributor atau yang beliau sebut sebagai juragan secara eceran per harinya. Karena naik turunnya harga kedelai juga sedikit banyak memengaruhi dan resikonya terlalu besar jika langsung membeli dalam jumlah banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun