Mohon tunggu...
Tibatul Madina
Tibatul Madina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Mataram

Anime

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kecenderungan Berbahasa Para Gen Z

2 November 2022   12:49 Diperbarui: 2 November 2022   12:57 1240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Generasi Z atau disingkat Gen Z adalah generasi yang lahir pada rentang tahun 1997 sampai dengan 2012, atau berumur 9 sampai 25 tahun saat ini. Gen Z sering dikatakan sebagai generasi net, generasi internet, atau generasi influencer dimana mereka telah terpapar teknologi mulai dari sistem seluler sampai jaringan internet sejak mereka lahir hingga dewasa ini. Hal ini akhirnya menjadikan Gen Z cenderung lebih suka mengekspresikan diri lewat internet dan sosial media serta terkesan lebih anti sosial.

Seiring berjalannya waktu, pesatnya perkembangan teknologi dan arus globalisasi menjadikan Gen Z semakin mudah dalam memperoleh informasi terkait kebudayaan-kebudayaan asing, mulai dari cara berpakaian, makanan, musik, hiburan, dan banyak aspek lainnya. Tak jarang kita temukan model-model pakaian dari luar negeri dijadikan trend fashion di Indonesia. Bahkan sekarang, bahasa pun tak lepasnya dari giringan pertukaran budaya ini.

Sejak awal memang sudah ada bahasa-bahasa daerah sebagai alternatif pengganti bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Namun dengan adanya globalisasi, proses masuknya bahasa asing ke Indonesia menjadi lebih mudah lagi, dengan salah satu medianya adalah melalui sosial media yang sangat akrab dengan para Gen Z saat ini. Bahasa-bahasa asing ini kemudian mengambil posisi dalam pilihan para pengguna bahasa di Indonesia. Sering kita temukan para Gen Z mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa asing saat berbicara meskipun lawan bicara mereka adalah orang Indonesia. Banyak diantara mereka beranggapan bahwa menggunakan bahasa asing itu lebih keren. Mereka merasa keren saat berbicara dengan bahasa asing seperti bahasa Inggris yang merupakan bahasa internasional. Tentu saja hal ini tidak sesuai dengan Trigatra Bangun Bahasa, yakni "Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing" dimana bahasa Indonesia yang seharusnya diutamakan malah dijadikan pilihan kedua oleh para generasi muda yang seharusnya aktif mengampanyekan nasionalisme karena ditangan merekalah masa depan bangsa ini.

Selain bahasa asing, Gen Z juga lebih suka menggunakan bahasa gaul dari pada menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Mereka berpendapat menggunakan standar bahasa Indonesia baku akan menjadikan pembicaraan terkesan terlalu formal dan kaku. Sehingga diantara mereka sangat jarang ada yang menggunakan bahasa Indonesia untuk komunikasi sehari-hari baik di dunia nyata maupun dunia maya. Di dunia nyata, para Gen Z tetap menggunakan bahasa gaul saat berbicara dengan orang-orang yang lebih tua dari mereka, tapi dengan pilihan kosakata yang lebih sopan. Sedangkan saat bersama teman-teman sepantaran, mereka lebih memilih bahasa gaul, mereka beranggapan saat mereka berbicara dengan bahasa Indonesia malah akan terkesan aneh karena terlalu formal. Bisa dikatakan mereka menggunakan bahasa Indonesia yang baku hanya pada acara-acara formal saja. Adapun di sana kebanyakan mereka hanya mendengar, tidak berbicara langsung menggunakan bahasa Indonesia. Sehingga tak jarang kita temui para remaja yang mengaku kesulitan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah, salah satu faktornya karena mereka tidak terbiasa dengan bahasa Indonesia.

Para Gen Z juga senang membuat kosakata baru non baku yang unik menurut mereka dan kemudian kosakata ini dengan cepat tersebar terutama lewat media sosial dan makin banyak digunakan oleh para pengguna media sosial dan akhirnya terbawa ke kehidupan nyata. Kosakata-kosakata ini dikategorikan sebagai bahasa prokem, yakni ragam bahasa non formal yang diartikan juga sebagai bahasa gaul. Bahasa prokem sendiri sebenarnya sudah berkembang sejak awal tahun 1980an dimana saat itu Gen Z belum lahir. Bahasa prokem ini kemudian semakin berkembang dan banyak digunakan oleh masyarakat. Dan kini dengan kemudahan teknologi, lebih kuat lagi bahasa prokem menyaingi penggunaan bahasa Indonesia. Contoh dari bahasa prokem ini adalah kata "yoi" sebagai padanan kata "iya" atau kata "kuy" sebagai padanan kata "ayo" dalam bahasa Indonesia. Bahasa prokem seperti ini yang terus lahir dari ungkapan-ungkapan masyarakat baik disengaja maupun tidak, apabila terus-menerus terjadi, hal ini akan menggerus semakin banyak kosakata bahasa Indonesia, memberi banyak alternatif bagi kosakata bahasa Indonesia. Inilah yang akan membuat bahasa Indonesia semakin pudar eksistensinya terutama pada anak-anak saat ini yang banyak terpapar kosakata yang tidak sesuai kaidah sejak mereka kecil.

Banyaknya penggunaan bahasa gaul saat ini karena kurangnya rasa cinta mereka terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Saat ini sejalan dengan perkembangan zaman semakin terlihat pengaruh yang diberikan oleh bahasa gaul terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penggunan tatanan bahasanya. Penggunaan bahasa gaul pada kalangan remaja membawa pengaruh yang kurang baik terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai indentitas nasional. Saat ini banyak di kalangan masyarakat yang sudah memakai bahasa gaul dalam kehidupan sehari-hari mereka. Seolah-olah tidak memahami bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Bahkan pengguna bahasa gaul merambah ke ranah kalangan anak remaja. Seharusnya sebagai warga Negara Indonesia menghindaari pemakaian bahasa gaul yang sangat banyak digunakan di masyarakat (Arum Putri : 2015).

Kedua hal di atas mungkin cukup kita anggap sebagai ancaman bagi eksistensi bahasa Indonesia di kalangan kawula muda. Penggunaan bahasa asing yang dianggap lebih keren dan bahasa gaul yang dirasa lebih santai perlahan memudarkan eksistensi bahasa Indonesia. Sehingga dari sini jelaslah apa yang harus kita perbaiki ialah mindset kita akan pentingnya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun