Mohon tunggu...
Tia Enjelina
Tia Enjelina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (20107030043)

Communication kid

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berhenti Insecure dengan Berhenti Membandingkan Diri

17 Januari 2022   14:09 Diperbarui: 17 Januari 2022   14:35 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pernah nggak? kamu melihat orang yang cantik/ganteng, pinter, berprestasi, punya banyak teman, karirnya sukses dan banyak kesempurnaan lainnya. Ibarat sebuah film, dia yang jadi tokoh utamanya. Yang selalu disorot dan terlihat paling bahagia. Sedangkan kamu ngerasa "kok hidupku gini-gini aja ya?" atau bahkan "ini kisah cinta saya kapan mulainya sih?" atau mungkin "sebenernya bakatku apa sih?" "aku nih kok nggak ada bagus-bagusnya ya?" "kayanya peran saya di dunia ini cuma figuran buat ngeliat keberhasilan, kebahagiaan, keuwuan orang lain deh"

Terkadang melihat keidupan orang yang terlihat sesempurna itu bisa memotivasi diri, dengan prinsip kalau orang lain bisa, aku pasti juga bisa. Terkadang kita pun dihadapkan dengan kenyataan bahwa setiap orang punya latar belakang yang berbeda. Atau bahasa gaulnya privilege, yang disebut sebut anak muda jaman sekarang sebagai "keuntungan istimewa" yang tidak semua orang bisa dapatkan. Akhirnya itu membuat kita jadi minder, insecure, malu. Merasa ketinggalan jauh, payah, dan ga ada apa-apanya dibanding orang-orang itu. Dan berujung pada overthinking soal masa depan.

Masalah ini tak hanya dialami satu atau dua orang namun banyak sekali orang dengan pemicu yang serupa. Dilansir dari forge.medium.com, sebuah meta analisis 2018 dari semua bukti yang terkumpul tentang perbandingan sosial mengungkapkan permasalahan yang jelas, yakni ketika seseorang membandingkan diri mereka sendiri dengan orang lain, mereka memilih untuk membandingan ke atas daripada ke bawah. 

Mereka memilih membandingkan diri dengan orang yang lebih kaya, lebih populer, lebih sehat, dan berbagai daya tarik lain yang lebih dan lebih. Kemudian secara alami mereka merasa minder dengan hasil perbandingan itu.

Smartphone tak jarang jadi pelarian untuk mencari motivasi. Mungkin setumpuk kata-kata motivasi yang kita dapat sedikit membuat kita merasa lega, meskipun cuma sementara. Misalnya kalimat yang muncul dimana mana nih, "I don't care who is doing better than me. Because I'm doing better I was last year. It's me against me. Okay?". Itu kalimat yang sangat bagus untuk mulai berhenti membanding bandingkan diri dengan orang lain. 

Tapi, begitu kita cek sosial media, rasa insecure itu muncul lagi. Segala pencapaian dan kebahagian orang lain yang mereka pamerkan di sosial media membuat kita selalu merasa tidak cukup. Kita sering minder karena postingan instagram orang lain, meskipun kita tahu kalau sosial media bukan dunia nyata. Meskipun kita tahu kalau semua orang hanya menampilkan versi terbaik dari diri mereka dan membangun image sebaik mungkin yang mereka mau di dunia maya.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan merasa demikian, tidak ada yang salah dengan membandingkan diri dengan orang lain. Tapi jika sudah berdampak negatif menjadi sumber perasaan minder dan insecure, sebaiknya mulai berhenti aja nggak sih? Tapi caranya gimana ya?

Pertama, ketahui dulu pemicunya.

Jika kamu ingin berhenti membandingkan dirimu dengan orang lain, cari tahu dulu pemicu terbesarnya. Apakah saat kamu scroll LinkedIn, apakah saat kamu scroll instargram, atau mungkin ketika kamu mendengar teman-temanmu pamer? Ada baiknya untuk menulis hal-hal tersebut serta bagaimana hal itu berdampak pada perasaan negatif terhadap diri kamu, dan mengapa itu membuang buang waktu. 

Mungkin kamu bisa berhenti sejenak dengan puasa sosmed atau sekedar mute postingan akun-akun yang membuat kamu merasa minder dan isi feed sosmedmu dengan konten-konten yang lebih kamu butuhkan. Misalnya jika kamu sedang berusaha meningkatkan kemampuan berbahasa inggris, @jagobahasacom dan @kampunginggrislc menjadi pilihan yang bagus untuk mengisi feed instagram kamu dibandingkan mantengin foto teman-temanmu yang dapat juara satu speech contest. Bukan hanya itu, ada banyak sekali akun instagram yang bisa mendukung pengembangan diri kamu. 

Misalkan kamu sedang belajar tentang desain, @dekgrafis dan @sekolah desain juga merupakan akun yang akan sangat bermanfaat jika kamu ikuti. Atau jika kamu suka nonton animasi jepang dan tertarik untuk belajar bahasa jepang, akun instagram seperti @pongoanimation, @belajarwibu, @auliasenpai akan menambah wawasan kamu tentang kosakata-kosakata bahasa jepang disela sela waktu luangmu ketika scroll instagram. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun