Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Stabilitas Kebutuhan Pokok, Tanggung Jawab Siapa?

20 Maret 2018   21:46 Diperbarui: 20 Maret 2018   22:17 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: ssrinfosoft.in

Kita tidak bisa menjamin kesejahteraan kita, kecuali dengan menjamin kesejahteraan orang-orang lain juga. Jika anda bahagia, anda harus rela mengusahakan orang-orang lain agar bahagia pula. (Bertrand Russell)

Seandainya banyak orang yang memiliki cara pandang yang demikian, betapa indah dan damainya negeri kita. Orang tidak lagi hanya fokus pada diri sendiri, tapi sudah pada level yang lebih tinggi, yakni hidup dengan memerhatikan kebutuhan dan kepentingan orang lain.

Orang yang demikian bukan berarti sudah selesai dengan dirinya. Tapi mereka memiliki hati yang tulus dan peduli dengan orang lain. Mereka menganggap bahwa orang lain itu penting, sama pentingnya dengan dirinya sendiri. Bahkan telah memiliki pandangan lebih luas kalau kesejahteraan dan kebahagiaannya adalah ketika membuat orang lain sejahtera dan bahagia.

Apakah kita termasuk dalam kategori kelompok masyarakat yang demikian? Mari berefleksi dan bertanya pada diri kita masing-masing.

Memang kenyataannya di masyarakat, betapa mudahnya kita menemukan orang yang kurang peduli dengan kehidupan sesamanya. Mereka hanya memerhatikan kepentingannya sendiri. Mereka tidak segan-segan untuk mengambil sesuatu yang bukan hak milikya. Bahkan ada yang rela hati memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan alias aji mumpung.

Perilaku demikian tentu terpampang nyata di masyarakat. Misalnya, lihat saja menjelang perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) seperti menjelang Idul Fitri dan Natal. Ada saja orang yang berupaya untuk mencoba menimbun barang. Sehingga barang kebutuhan pokok sering mengalami kelangkaan dan kemudian akan disusul dengan kenaikan harga yang tidak wajar. Hanya demi kepentingan pribadi.

Bukankah tindakan yang demikian menjadi tindakan yang kontraproduktif dalam mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarat luas?
Nah, kita harus bisa membangun kesepakatan kembali tentang nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Kita harus rela mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Sebenarnya ketika kita menjalankan nilai-nilai tersebut, maka kita sesungguhnya sedang mempersilahkan orang lain memperhatikan kepentingan kita juga.

Kembali kepada usaha menjaga kestabilan harga barang kebutuhan pokok. Sejatinya, stabilitas harga barang kebutuhan pokok adalah salah satu harapan masyarakat luas. Dan ini harus menjadi tanggung jawab kita bersama. Tanggung jawab dari pemerintah, swasta dan masyarakat.

Misalnya, pemerintah sendiri telah berkomitmen dalam hal tersebut. Lihat saja, setidaknya ada tiga tugas utama Kemendag yang merupakan mandat Presiden Jokowi-JK, yaitu menjaga stabilitas harga pangan, revitalisasi pasar rakyat, dan meningkatkan ekspor.

Sebagai wujud nyatanya, menjelang HBKN tahun lalu, terlihat jelas komitmen pemerintah untuk mengawal kestabilan harga barang kebutuhan pokok tersebut. Misalnya Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras, gula pasir, minyak goreng, dan daging sapi yang ditentukan berdasarkan wilayah, mampu distabilkan oleh kementerian perdagangan di tahun 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun