Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pikirkan Secara Dini untuk Tidak Menikah Usia Dini

16 Agustus 2016   14:28 Diperbarui: 22 Agustus 2016   09:40 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi Berencana. Sumber gambar : http://www.bawean.net/2012/03/penyakit-generasi-penerus-bangsa.html

Wajah gadis itu cantik. Bisa dibilang gadis itu adalah bunga desa di kampung kami. Wajar kalau banyak pria berusaha mendekatinya. Umur gadis itu sih masih muda. Belasan tahun atau tepatnya masih baru masuk SMA. Tapi pergaulannya, sudah seperti orang dewasa saja.

Sore itu desa kami diguyur hujan yang lebat. Bahkan lebatnya hingga tengah malam. Tidak seperti biasanya, karena waktu itu belum musim penghujan. Kalau sudah begini, esok harinya cerita di masyarakat pasti akan ramai. Masyarakat akan  mulai beropini dan berspekulasi tentang arti lebatnya hujan tadi malam.

Sebagai pendatang di desa tersebut, saya juga baru mendengar keyakinan yang demikian. Bila hujan lebat bukan pada musim penghujan, itu artinya ada seorang gadis yang hamil diluar nikah. Walau saya tidak meyakini hal tersebut, tapi kenyataannya tidak lama berselang di desa kami telah tersebar berita bahwa ada gadis yang sedang hamil. Itulah gadis cantik teman sekolah kami yang saya ceritakan di awal tulisan.

Singkat cerita. Beberapa bulan kemudian, si gadis tadi telah melahirkan seorang bayi. Babakan baru dengan si bayi harus dijalaninya. Kerepotan demi kerepotan mulai dialami, mulai dari mengurus bayi, urusan rumah tangga serta mengurus suami menjadi kesehariannya. Sejatinya usia yang demikian masih duduk manis di bangku sekolah meniti masa depan. Bermain dan bercanda bersama teman-teman sekolah. 

Setiap hari kami sering melihat penyesalan di matanya. Ketika melintas dari depan rumahnya, dia terkadang dengan malu-malu berbasa-basi, “mau sekolah ya?”. Pengalaman demikian sering terjadi, karena rumahnya selalu kami lewati ketika berangkat atau pulang sekolah. Dalam perjalanan, kami hanya bisa berkata satu dengan yang lain "Kasihan ya, tidak bisa bersekolah lagi seperti kita. Seharusnya dia berangkat bersama-sama dengan kita, bukan ngurus bayi, rumah dan suaminya seperti sekarang". Tapi teman yang lain bilang, "Biarin saja, itukan pilihan dia."

Mungkin kisah demikian pernah pembaca temukan di sekitar tempat tinggal. Memang, hamil di luar nikah adalah salah satu penyebab pernikahan dini. Walaupun penyebab lain tentu masih ada, seperti kebutuhan ekonomi yang kompleks dengan demikian kedua orang tua lebih menyarankan agar anak puteri nyamenikah saja agar ada yang menghidupi. Kemudian tingkat pendidikan yang rendah, kultur nikah muda pada sebuah masyarakat, pernikahan yang terlalu diatur dan dicampuri orang tua seperti perjodohan.

Faktor Penyebab Pernikahan Dini. Sumber : materi Kompasiana Nangkring bersama BKKBN di Kupang
Faktor Penyebab Pernikahan Dini. Sumber : materi Kompasiana Nangkring bersama BKKBN di Kupang
Dari pengalaman berbincang dengan beberapa yang menikah di usia dini, tidak sedikit ternyata yang menyesali pernikahan tersebut. Seperti yang pernah dialami beberapa asisten rumah tangga yang pernah bekerja di rumah kami. Ada beberapa alasan yang mereka keluhkan yang menjadi alasan menyesali pernikahan dini tersebut. Seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), tanggung jawab suami yang kurang dalam hal menafkahi keluarga, serta perselingkuhan yang dilakukan oleh suaminya. Ada juga kesamaan yang disampaikan dalam acara nangkring bersama BKKBN di Kupang bulan Juli lalu, seperti yang terlihat pada bagan berikut.

Akibat Pernihan Dini. Sumber : materi Kompasiana Nangkring bersama BKKBN di Kupang
Akibat Pernihan Dini. Sumber : materi Kompasiana Nangkring bersama BKKBN di Kupang

Revolusi Mental Itu, Program Generasi Berencana (GENRE)

Hidup hanya sekali sobat muda. Maknai dan rencanakanlah dengan baik. Bangsa ini butuh generasi yang terencana, berprestasi dan berkarakter. Kemajuan bangsa ini tidak lepas dari tanganmu sebagai generasi penerus yang merencanakan hidupnya dengan baik.

Bung Karno sendiri pernah berkata, “Berikan saya sepuluh pemuda, maka akan saya goncangkan dunia”. Sejarah membuktikan bahwa peran pemuda untuk bangsa ini begitu besar. Lahirnya kebangkitan nasional disaat Indonesia dijajah Belanda tidak terlepas oleh peran  kaum muda. Usaha untuk mendeklarasikan kemerdekaan pun ada di tangan pemuda, Bahkan dalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaan pun tidak terlepas dari kalangan muda. 

Lihat, ketika bangsa kita menancapkan tonggak reformasi, pemuda (mahasiswa)  ada di garda depan. Fakta tak terbantahkan. Pemuda itu penting bagi bangsa ini. Itulah mengapa Bung Karno begitu optimis dan yakin dengan keberadaan pemuda. Pertanyaannya, sebagai kaum muda, seberapa besar kepercayaaan yang kamu bangun sehingga orang lain percaya dan optimis atas dirimu? Tentu sebesar perencanaan dan pemaknaan hidupmu untuk mempersiapkan masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun