Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ramadan di Malaysia

11 Juni 2017   16:02 Diperbarui: 9 Agustus 2017   06:05 1455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masyarakat Indonesia menunggu waktu berbuka di halaman Sekolah Indonesia Kuala Lumpur. Dok.Pribadi

MALAYSIA, sebuah negara Islam di wilayah Nusantara yang menganut sistem Kerajaan. Negara tetangga Indonesia ini memiliki dua pemimpin tertinggi yaitu Kepala Negara, dipimpin oleh Raja Agung yang dipilih secara bergilir setiap lima tahun oleh Majelis Raja-Raja, dan Kepala Pemerintahan yang dipimpin oleh Perdana Menteri (PM) yang dipilih secara demokratis. Demikian selanjutnya untuk wilayah bagian (negeri) dipimpin oleh Sultan atau Yang Dipertuan Negeri bagi negeri yang tidak memiliki Sultan. Sementara urusan administratif pemerintahan negeri dipimpin oleh Menteri Besar (MB) atau Ketua Menteri  untuk wilayah Sabah dan Sarawak.

Dua hal yang membuat negeri jiran ini begitu hidup, syahdu dan bersahaja menyambut bulan suci Ramadan yaitu kuatnya tradisi ketimuran sebagai negara yang berada dalam rumpun alam Melayu Nusantara. Dan yang pasti karena Malaysia merupakan negara Islam paling maju dan berpengaruh di wilayah Asia Tenggara. Namun demikian, satu hal yang menarik bagi masyarakat Indonesia di Malaysia adalah selama bulan puasa, mudah mendapati makanan khas Indonesia seperti bakso, soto, mee ayam, ayam penyet, gado-gado, empek-empek, sate madura, sate padang, es teler, an lain sebagainya. Semua itu karena hasil asimilasi dan akulturasi budaya yang sangat kental antara Indonesia dan Malaysia.

**

Di bulan Ramadan, suasana aktivitas masyarakat Melayu cenderung bernuansa religi. Mall dan pusat perbelanjaan dihias indah bernuansa Islami dan tradisi ketimuran yang kental. Roda ekonomi masyarakat di bulan suci Ramadan berputar kencang. Pasar Ramadan yang menjual takjil digelar di setiap daerah. Gerai-gerai menjual baju muslim dan atribut ibadah sudah sedari minggu pertama Ramadan membuka lapak di tempat-tempat strategis yang disediakan oleh pemerintah daerah.

Orang Melayu cukup konsumtif sehingga dimanapun pusat perbelanjaan yang sedang "sale" akan diserbu oleh mereka yang memburu baju lebaran atau barang-barang hiasan rumah.

Restoran-restoran besar francais  tetap buka untuk warga non muslim. Tetapi orang Melayu dengan penuh disiplin tidak makan di tempat umum walaupun sedang tidak berpuasa atas alasan tertentu sehingga rumah makan yang dibuka hanya dikunjungi oleh mereka yang non muslim saja.

Ada hal yang menarik di Malaysia yang mungkin bisa direnungkan sejenak. Selama bulan Ramadan, restoran tetap buka seperti biasa dan tidak ditutup dengan tabir seperti rumah makan di Indonesia. Dan bisa dipastikan kecil sekali kemungkinan orang Melayu yang masuk ke restoran di tempat umum walaupun kaum hawa yang tidak berpuasa. 

Nah di Indonesia malah sebaliknya, restoran ditutup dengan tabir bukan supaya tidak mengganggu orang yang sedang berpuasa--karena--orang yang berpuasa tidak akan pernah terganggu sama sekali walaupun orang makan di depannya, tetapi alasan sebenarnya adalah supaya orang muslim yang tidak berpuasa bisa dengan leluasa menyantap menu lezat kegemarannya di siang hari.

Di Malaysia sendiri penegakan hukum bagi mereka yang tidak berpuasa yang kedapatan makan di tempat umum cukup berat. Teman saya dari Indonesia yang hanya meneguk air di tempat yang sepi karena kelihatan dari CCTV oleh petugas mall harus berurusan dengan pihak berwajib dan membayar denda hampir satu juta rupiah. Hampir bisa dipastikan, dengan penuh disiplin orang Melayu tidak akan menyantap makanan di tempat umum.

Di waktu sholat dan berbuka puasa, masjid dan surau penuh dengan jamaah yang menunaikan sholat fardhu dan sholat sunat tarawih. Bisa dibilang semua masjid dan surau menyediakan takjil untuk jamaah dan musafir yang akan berbuka puasa.

Sebagaimana di Indonesia, saat berbuka puasa pun banyak juga orang-orang yang membagikan makanan di pinggir-pinggir jalan. Demikian juga halnya dengan suasana menjelang sahur dimana orang-orang dengan mobil pribadi datang membawa makanan ke terminal bus, ke emperan toko yang ada gelandangan (homeless), dan juga ke panti asuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun