Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menangani Resistensi di Tempat Kerja Ibarat Menjaga Telur di Ujung Tanduk

9 April 2022   04:33 Diperbarui: 9 April 2022   04:41 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Radarbekasi.id

Benarkan generasi sekarang cenderung banyak tuntutan dan tidak betah kerja di suatu tempat dalam waktu lama?

Seorang teman yang merupakan pengusaha muda asal Indonesia di Kuala Lumpur, dengan nada sedikit mengeluh menyesalkan tindakan karyawannya yang banyak menuntut hak serta sering tidak disiplin masuk kerja. Masalah lain juga yang dihadapi, yakni anak muda yang direkrut suka berpindah kerja bila ada tawaran lain yang dirasakan lebih menggiurkan.

Dunia kerja memang sangat dinamis, apalagi dalam era globalisasi dimana pasar kerja sangat kompetitif. Dalam upaya memenuhi tuntutan pasar, manajer akan mengembangkan strategi yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan tuntutan pasar. Banyak perusahaan merekrut tenaga ahli lain dari luar perusahaan untuk memperkuat daya saing perusahaan dan mengimbangi tuntutan pasar.  

Sudah sangat lumrah bahwa seseorang yang bekerja menginginkan suasana yang kondusif, sistem gaji yang baik, dan jenjang karir yang rapi. Tiga hal tersebut dapat dikatakan sebagai dasar yang mesti ada bila organisasi kerja menginginkan karyawannya produktif dalam waktu lama.

Untuk memenuhi tiga hal tersebut, tentu perusahaan perlu mengamalkan sistem komunikasi yang baik dan segala bentuk kebijakan perusahaan, sebaiknya melibatkan semua perwakilan kerja dan mempertimbangkan masukan mereka dalam mengambil keputusan.

Dapat dimaklumi bahwa setiap keputusan yang bertentangan dengan naluri atau tidak mengakomodir kepentingan seseorang akan menimbulkan reaksi dan bahkan penentangan (resistensi). Hal ini sangat berpotensi melebar menjadi konflik internal perusahaan yang akibatnya mengganggu produktivitas dan daya saing perusahaan..

Resistensi tidak diharapkan terjadi dalam sebuah organisasi kerja, karena bentuk penolakan karyawan terhadap kebijakan dan perubahan pimpinan berdampak negatif kepada jalannya produktivitas sebuah perusahaan. Bayangkan saja bila karyawan melancarkan mogok, maka akibatnya melebar ke segala bentuk aktivitas produksi.

Perusahaan perlu memperhatikan bahwa setiap perubahan kebijakan yang mendasar supaya karyawan lain dapat mengetahui dengan baik dan bisa menerimanya sehingga tidak menimbulkan gejolak dan pertentangan yang bisa membuahkan konflik antara atasan dan bawahan yang akhirnya berdampak terhadap kinerja semua pihak dan juga produktivitas perusahaan.

Manajer sebagai atasan di sebuat organisasi kerja juga harus menjadi penengah antara perusahaan dan karyawan. Dalam hal ini atasan perlu bertindak mewakili perusahaan untuk menjelaskan tujuan tindakan perusahaan dengan menekankan upaya damai dan saling menerima demi kepentingan bersama.[]

Semoga bermanfaat.

KL: 08042022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun