Pada tahun 2019 mendatang, rakyat Indonesia akan menyelenggarakan hajat besar "pesta demokrasi" untuk memilih pemimpin negara dan anggota legislatif. Sebuah hajat yang sangat menguras energi, melelahkan tentunya dan bahkan menjengkelkan.
Tak sedikit yang apatis mensikapi pemilu dengan memilih untuk bersikap "Golput" karena kekecewaan atas sikap partai politik dan calon yang disusung partai. Sikap Golput biasanya sangat ketara saat Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
Sebagai warga negara yang baik, tentu harus menentukan pilihan yang disertai dengan do'a dan harapan agar menjadi pemimpin yang amanah demi kemaslahatan rakyat. Tidak menentukan pilihan sama sekali tentu tidak baik karena semua calon tidak ada yang benar-benar paket lengkap seperti yang kita harapkan. Untuk itu, perlu masukan, kritik yang membangun agar semua elemen masyarakat dan pemerintah befungsi sesuai dengan amanat dan cita-cita bangsa.
Perang Demokrasi
Hal yang sangat disayangkan saat masa-masa Pemilu adalah terjadinya intimidasi, caci maki, fitnah, bahkan sampai kekerasan fisik padahal kita menjunjung adat istiadat bermufakat, gotong royong, dan juga menjunjung tinggi persaudaraan. Dalam agama dan adat mana pun melarang kita saling caci dan fitnah apalagi mencelakakan orang lain.
Dalam berpolitik dan hajat "demokrasi" sering terjadi hal seperti di atas karena kita belum benar-benar melihat pemilu itu sebagai pesta demokrasi tetapi sebaliknya justru seolah-olah merupakan perang demokrasi.Â
Pesta Demokrasi
Yang kita inginkan, masyarakat Indonesia dapat memaknai Pemilu dalam konteks pesta demokrasi bukan perang demokrasi. Artinya kita harus mensikapi dengan penuh kedewasaan, saling menghargai perbedaan ideologi politik masing-masing. Namanya pesta, ya harus dilalui dengan senang dan gembira. Jadi tidak perlu ada intimidasi dan juga kekerasan dalam upaya menjegal kelompok lawan saat berkampenye dan juga hari H Pemilu.
Demikian juga ketika keluar dan diputuskan pemenang dalam kontestan pesta demokrasi, yang menang harus bisa merangkul yang kalah dan yang kalah harus bisa menerima dengan lapang dada kemudian mendukung yang menang.
Harapan Rakyat
Karena Pemilu merupakan hajat rakyat, maka rakyat harus diberi ruang yang cukup untuk mengikuti dan merampungkan pesta ini dengan baik dan gemilang. Rakyat tidak begitu peduli dengan siapa yang akan menjadi pemimpin tetapi mereka ingin memastikan pemimpin yang maju benar-benar memihak dan loyal kepada rakyatnya.