Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Karena Diberi Recehan, Pengemis Tidak Terima dan Marah

18 Juni 2018   13:53 Diperbarui: 18 Juni 2018   13:58 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Minggu malam kemarin, saat berkesempatan menikmati makan malam di pusat kuliner bilangan Nagoya, Batam, saya didekati oleh seorang ibu separuh baya yang mengemis. Perempuan itu berpakaian agak lusuh seperti biasanya penampilan para pengemis jalanan.

Karena kebiasaan saya makan tidak pakai sendok maka tangan saya sudah tentunya kotor dengan bumbu lauk ikan bakar yang saya pesan. Untuk merogoh kantong akan sangat mengganggu. Ketika ibu itu menengadah tangan, langsung saja dengan tangan kiri yang sedikit bersih saya mengambil recehan yang ada di atas meja keran baru mendapat kembalian sebelumnya saat memebeli sate kambing.

Ketika pengemis itu menerima recehan yang tidak sampai Rp2000, malah mempertanyakan uang yang saya kasih yang intinya masih kurang alias tidak seperti ekspektasi.  Mungkin si pengemis beharap diberi 20 ribu atau minimal 5 ribu rupiah.

saya berusaha bicara dengan baik agar terima saja apa yang sudah diberi karena saya sedang makan, tetapi si pengemis tetap maksa minta tambah. Saya kembali bilang kalau sedang makan kesulitan merogoh kantong.

Dengan berat, akhirnya dia berlalu pergi sambil menoleh ke saya beberapa kali tanda tidak puas. Mulutnya komat kamit ngomel. Padahal kalau komat kamit berdoa syukur pasti akan dapat rezeki dari orang lain.

Miris sekali pengalaman ini karena seharusnya saya dan kita semua bisa membantu berbagi dengan saudara kita yang kuran beruntung, tetapi tentunya harus pas waktu dan caranya. Mengemis kepada orang yang sedang akan mungkin bisa dilakukan saat orang itu belum makan atau ketika sudah habis makan supaya biar lebih enak memberi mungkin bisa seperti yang diharapkan.

Keberadaan pengemis merupakan indikator kesejahteraan masyarakat belum tercapai dengan baik, sinyal juga ketidakpedulian pemerintah setempat, dan sitem zakat belum berjalan seperti disyariatkan agama.

Semoga masalah sosial bisa ditangani oleh pemimpin daerah karena hal ini juga bagian dari amanat Tuhan dan manusia untuk dibereskan selama menjabat sebagai pemimpin masyarakat.

Sekadar berbagi.

Nagoya, Batam: 18062018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun