Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pelajaran Pertama dari Air-India

15 Oktober 2017   04:14 Diperbarui: 15 Oktober 2017   04:46 1447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat membuka file-file lama yang terselip rapi diantara buku-buku zaman kuliahan dulu, saya temukan sebuah tiket pesawat yang pertama kali saya tumpangi pada tahun 2000. Tiket Air-India itu yang memberikan pengalaman terbang perdana saya. Rutenya dari Singapura ke sebuah destinasi yang spesial dan sangat terkesan. 

Saya tidak tertarik untuk menuliskan pengalaman terbang dan pengalaman berada di destinasi spesial itu. Lewat artikel ini, saya ingin mengingatkan kepada pembaca yang sudah wira-wiri menjelajah dunia sebelum tahun 2000 tentang tiket pesawat zaman dulu yang berlembar-lembar seperti tiket bus malam. Dalam tiket tersebut tertera semua aturan keselamatan tentang penerbangan yang bisa dibaca penumpang sebelum berangkat ke bandara. 

Tetapi jangan ditertawakan karena juga ada manfaatnya walau terkesan ribet dan tidak ekonomis. Hal ini saya tulis karena betapa sampai hari ini, penumpang pesawat terbang yang belum begitu sadar akan aspek keselamatan secara totalitas. Masih banyak yang enggan mematikan telepon genggam dan alat-alat lainnya yang dapat mengganggu sistem navigasi pesawat selama penerbangan. 

Di zaman milenial yang serba canggih dan praktis, semuanya sudah serba online dan tiket cukup satu lembar, bahkan di bandara tertentu tidak memerlukan tiket sama sekali karena bisa self check-inlewat mesin-mesin yang telah tersedia. Jadi sudah jelas tidak perlu tiket pesawat seperti zaman dulu yang tebal dimana semua role and regulation yang harus dipatuhi oleh para musafir terpapar di setiap lembar.

Tetapi apa benar tidak perlu tiket berlembar yang memuat segala aturan keselamatan penerbangan? Bisa saja jawabannya "IYA" dan bisa juga "TIDAK," tergantung konteksnya. Yang terpenting adalah semua masyarakat tahu dan sadar akan keselamatan bersama.

Namun saya yakin, semua kita sering melihat di pintu pemeriksaan bandara tidak pernah sedikit barang-barang terlarang disita setelah terdeteksi oleh screen pemeriksan pihak keamanan bandara. Bukankah itu indikasi bahwa penumpang di zaman milenial ini belum tahu persis apa yang boleh dan apa yang tidak boleh untuk dibawa ke dalam kabin pesawat?

Coba kalau kita perhatikan, dalam kotak sitaan di pintu pemeriksaan sebelum masuk ke ruang tunggu, yang namanya gunting, korek api, obeng, botol beling, paku, dan benda tajam lainnya yang bisa membahayakan penumpang lain penuh sekali bahkan tidak muat kotak besar yang disediakan oleh petugas keamanan bandara.

Dok.Foto/Travelyuk.com
Dok.Foto/Travelyuk.com
Perlunya sosialisasi berkesinambungan via televisi

Setiap melewati sebuah bandara dan melihat banyak barang sitaan atas alasan keselamatan, terbesit di benak akan pentingnya sosialisasi lewat media elektronik seperti televisi nasional dan lokal daerah, supaya semua lapisan masyarakat dapat mendapat informasi yang mendalam tentang regulasi penerbangan, mengingat tidak semua penumpang pesawat memiliki waktu dan keinginan untuk membacanya dalam jaringan internet.

Dan yang lebih penting lagi, tidak semua bandara menerapkan regulasi yang sama. Ada bandara yang sangat ketat dan ada juga bandara yang cenderung longgar. Namun apapun itu, barang-barang berbahaya yang bisa mencederakan penumpang lain sebaiknya ditinggalkan di rumah sebelum berangkat ke bandara.

Ternyata bukan saja bandara yang menerapkan regulasi yang berbeda, tetapi maskapai penerbangan juga memiliki aturan tersendiri yang harus dipatuhi para calon penumpang. Contohnya, maskapai Air Asia sangat terkenal dengan banyaknya pantang larang. Air dan makanan sudah tentu dilarang karena ada dijual di dalam pesawat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun