Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merembuk Langkah Mensarjanakan TKI

6 Oktober 2017   13:34 Diperbarui: 6 Oktober 2017   14:20 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masyarakat Indonesia yang merantau ke luar negeri tak kunjung surut. Malaysia, Saudi dan sekitar negara teluk (Gulf Countries), Hongkong, Korea, Taiwan, dan Singapura tetap menjadi negara primadona destinasi utama migrasinya orang Indonesia.

Dahulu, tren pelaku migrasi adalah mayoritas generasi lanjut yang berusia 30 tahun ke atas dengan sektor pekerjaan konstruksi, perkebunan, perladangan, dan pembantu rumah tangga. Tetapi seiring berjalannya waktu, justru trennya berubah, dimana generasi muda Indonesia lingkungan umur 19 dan 25 tahun yang datang merantau untuk menekuni bidang produksi (manufacture).

Generasi muda Indonesia usia produktif yang tersebar di berbagai wilayah di dunia, harus dibina melalui pendidikan dan pelatihan skill selama di luar negeri supaya waktu di perantauan lebih bermakna dan terarah sehingga ketika kembali ke tanah air bisa mengembangkan kreasi dan kreativitas di daerah masing-masing dengan membuka lapangan kerja sendiri dan supaya tidak menjadi TKI dua kali.

Sebenarnya merantau ke luar negeri tidaklah seindah yang dibayangkan ketika berada di dalam negeri, karena di luar negeri terdapat sederet permasalahan yang menanti yang harus disikapi dengan bijak setiap permasalahan yang muncul supaya semua perantau menjadi matang dan teruji.

Sebuah kata bijak yang dapat kita renungkan bersama adalah "pelaut yang tangguh, tidak lahir dari laut yang tenang, tetapi lahir dari laut yang bergelora."

**

Jumat (6/10) pagi, saya selaku Koordinator Universitas Terbuka di Malaysia mendamping Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) UT Pokjar Kuala Lumpur Sdr. Syarif Hidayat untuk Courtesy Call kepada Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur Prof. Dr. Ari Purbayanto.

Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 45 menit itu mengalir dengan santai sambil menikmati teh sosro yang telah terhidang sejak awal memasuki ruang kerja Atdikbud. Selama 45 menit itu, disampaikan laporan lisan Ketua PPI UTKL serta mendengar arahan dan nasihat Atdikbud supaya diterapkan dalam program belajar UT yang diikuti oleh hampir 500 orang mahasiswa yang mayoritas tenaga kerja Indonesia di sektor manufaktur (pabrik).

Prof. Ari Purbayanto mengaku sangat salut dengan pekerja Indonesia yang senantiasa semangat belajar mencari ilmu dan mengasah diri meningkatkan skill kerja untuk menggapai kualifikasi pendidikan yang lebih tinggi. Pada kesempatan tersebut Atdikbud menyatakan keinginan untuk mengikuti acara UT bersama pejabat terkait lainnya seperti Pensosbud, Atnaker, dan juga Konsuler supaya bisa memberikan penerangan dan motivasi terkait belajar dan masalah lainnya seperti kekonsuleran dan ketenagakerjaan.

**

Ketua PPI UTKL menyampaikan bahwa untuk mendukung kesuksesan mahasiswa UTKL, selama ini badan eksekutif mahasiswa itu sudah melakukan berbagai kegiatan baik yang bersifat akademik maupun non-akademik. Merespon hal tersebut Atdikbud meminta agar PPI UTKL lebih konsentrasi dalam mengadakan kegiatan studi grup, try out, round table discussion, seminar kepenulisan untuk mendukung pencapaian nilai akademik yang memadai dan penulisan Karya Ilmiah sebagai syarat pendukung kelulusan mahasiswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun