Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Diskursus dalam Filsafat Aplikatif

7 April 2023   00:47 Diperbarui: 7 April 2023   00:50 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berbicara tentang filsafat, penuh dengan streotip miring dan pandangan negative. Bukan karna buruk secara pondasi keilmuan, tapi banyak dari figure pemikir yang dilandasi oleh pandangan filosofis tertentu dianggap terlalu berani untuk menabrak norma sosial yang ada. Nilai moral yang dipraktikan dalam proses kebudayaan masyarakat adalah sebuah praktik yang telah dilakukan selama puluhan, dan bahkan ratusan tahun.

Tidak mudah untuk memfalsifikasi praktik yang telah diyakini kebenarannya oleh kebanyakan masyarakat, hanya lewat pandangan filosofis, karna pada dasarnya manusia selalu membutuhkan sandaran keyakinan untuk memvalidasi perilaku dan perbuatanya di tengah lingkungan masyarakat. Sandaran itu tentu saj merupakan hal yang lebih besar dari dirinya sendiri, baik itu urusan iman yang menyangkut tentang ketuhanan ataupun praktik sosial yang sesuai dengan normayang diyakini lingkungan sekitarnya.

Hanya saja, saat kita berbicara secara pragmatis tentang bagaimana peran filsafat dalam kehidupan sehari-hari, sudah saatnya kita kembali melihat tentang berapa banyak masalah yang filsafat selesaikan sejak masa lampau. Pandangan tentang alam semesta, teknologi, manusia dan praktik pemerintahan adalah tema besar yang telah filsafat turunkan dalam rangkaian keilmuan aplikatif.

Kalaulah kita kembali melirik ke sejarah tentang astronomi, dimana Nicholacus Copernicus melakukan falsifikasi tetang Kosmologi geometric, yang memandang kalau bumi adalah pusat alam semsta dan seluruh planet berotasi mengelilingi bumi. Pandanagan Copernican berdasarkan penelitian astronomsnya menemukan kalau bukanlah bumi pusat alam semesta, tapi justru matahari. Medan panas menciptakan daya maghnet yang menarik seluruh planet di galaksi bimasakti (Milkyway) mengitarinya.

Hal ini merupakan contoh dari pergeseran paradigma dari kebenaran tekstual, sebuah praktik yang diyakini kebenarannya sejak lama (hal ini berlaku dalam keilmuan atau praktik bermasyarakat) ternyata dbantahkan oleh berbagai bukti dari penemuan baru. Namun, setelah semua kebenaran itu terbukti apakah kita masih akan bersifat abai dan menolak kebenaran itu?

Tentu saja tidak, pergeseran paradigma adalah sebuah unit analisa. Teori yang dikembangkan oleh Thomas Kuhn, Ahli sejarah yang memandang kalau pergeseran paradigma terjadi karna adanaya bukti baru. Sedangkan kemampuan manusia untuk beradaptasi, dan berpindah dari sebuah 'pandangan kebenaran' sangatlah memerlukan jembatan pemikiran. Sebuah rute perjalanan berfikir yang dikembangkan lewat metode filsafat.

Berbicara tentang kebenaran yang berubah, tentu saja keilmuan dan kebenaran dalam lingkungan sosial perlu bersifat adaptif, artinya membuka ruang dengan luas untuk melakukan diskursus tentang kebenaran lewat semua model pembuktian. Segelintir filsuf adalah orang-orang yang secara konsisten mengembangkan pemikiran baru untuk membuat orang-orang mampu beradaptasi dengan semua perubahan ini. Bisa dibayangkan kalau kebenaran baru lewat pembuktian ditolak, sedangkan orang-orang enggan untuk berpindah haluan pemikiran semata-mata karna tidak memiliki jembatan pemikran yang bersedia menuntun mereka melewati rute sulit. Tentu sjaa kita akan menolak perubahan, dan enggan bersifat adaptif.

Kekakuan proses berfikir ini tentu membuat kita bersifat kolot dan menolak perubahan, padahal pada dasarnya dunia telah berkembang begitu pesat dalam 2 abad terakhir.  Kalaulah kita ingat di awal tahun 1800an, mobil belumlah jadi kendaraan yang umum dan diproduksi secara massal seperti saat ini. Imigrasi penduduk lntas negara belum mewajbkan administrasi kependudukan sebagaimana visa ataupun surat izin menetap.

Belum adanya pesawat terbang Boeing yang dapat menampung hingga rastusan penumpang dan telekomunikasi nirkabel masih diyakini sebagai telepati. Belum adanya media genggam yang dapat menghibur kita selama 24 jam lamanya, lewat Youtube, Email dan Whatsapp yang kita nkmati sebagaimana hari ini. Baik permasalahan ataupun solusi yang kta temukan di dunia modern, semua itu merupakan sebuah hasil perubahan paradigma yang disikapi oleh kelompok besar yang menerima perubahan di bidang teknologi dan informatika

Jadi, secara kesimpulan filsafat aplikatif memang tidak menciptakan barang dan benda, karna memang bukan itulah tujuan dari seorang berfilsafat. Tapi yag filsafat dapatkan adalah kemampuan untuk mengolah pembaruan informasi dan menjadi jembatan pemikiran untuk orang-orang dapat menemukan pembaharuan berdasarkan penemuan-penemuan baru dan beradaptasi dengan perubahan yang ada di dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun