Mohon tunggu...
Muhammad ThoriqIkhsan
Muhammad ThoriqIkhsan Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Muhammadiyah Jakarta

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengetahui Pendidikan dan Kelas Inklusif

21 Januari 2021   17:47 Diperbarui: 21 Januari 2021   17:54 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mengenal Pendidikan Inklusif dan Manfaatnya Bagi Siswa Difabel

Keberadaan Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memang sudah tak asing lagi. Namun, konsep baru berupa sekolah inklusi yang menggabungkan proses pembelajaran anak-anak normal dan ABK kini semakin populer. Implementasi pendidikan inklusif diyakini bermanfaat bagi siswa reguler maupun siswa difabel.

Sudahkah kamu memahami tentang pendidikan inklusif dan manfaatnya bagi siswa difabel? Kalau belum, yuk simak dulu ulasan informasi berikut ini agar wawasanmu makin bertambah!

Apa yang Dimaksud dengan Pendidikan Inklusif?

Pendidikan Inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mengatur agar difabel dapat dilayani di sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Tanpa harus dikhususkan kelasnya, siswa dapat belajar bersama dengan aksesibilitas yang mendukung untuk semua siswa tanpa terkecuali difabel. Inklusif dapat berarti bahwa tujuan pendidikan bagi peserta lembaga pendidikan baik itu dari sekolah dasar sampai tingkat universitas yang memiliki hambatan adalah keterlibatan yang sebenarnya dari setiap siswa dalam kehidupan sekolah yang menyeluruh. Pendidikan inklusif dapat berarti penerimaan siswa atau mahasiswa yang memiliki hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan, interaksi sosial dan konsep diri (visi-misi) sekolah atau universitas.

Pendidikan inklusif dapat didefinisikan sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan bagi siswa normal maupun siswa difabel untuk mengikuti proses pembelajaran dalam satu lingkungan yang sama. Sistem tersebut memungkinkan siswa difabel yang tidak mengalami disabilitas intelektual untuk tumbuh dan berkembang di lingkungan sekolah reguler, bukan SLB.

Kecenderungan inklusivitas ini diharapkan mampu mengatasi kesenjangan pendidikan bagi siswa difabel karena anak-anak berkebutuhan khusus juga memiliki potensi serta kecerdasan yang patut dikembangkan. Sayangnya, hingga saat ini belum banyak sekolah yang menerapkan sistem inklusi dan bersedia menerima siswa difabel dengan tangan terbuka. Kehadiran siswa difabel dikhawatirkan mengganggu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) karena sulit menerima dan mencerna materi pelajaran yang diberikan pendidik. Padahal, pengalaman KBM yang melibatkan siswa normal dan siswa difabel mampu memberikan banyak manfaat yang tidak bisa diperoleh dalam sistem pendidikan biasa.

Pendidikan inklusif bertujuan untuk menyatukan atau menggabungkan pendidikan reguler dengan pendidikan khusus ke dalam satu sistem lembaga pendidikan yang dipersatukan untuk mempersatukan kebutuhan semua. Pendidikan inklusif bukan sekadar metode atau pendekatan pendidikan melainkan suatu bentuk implementasi filosofi yang mengakui kebhinekaan antar manusia yang mengemban misi tunggal untuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik. Tujuan pendidikan inklusif adalah untuk menyatukan hak semua orang tanpa terkecuali dalam memperoleh pendidikan.

Difabel hanyalah suatu bentuk kebhinekaan seperti halnya perbedaan suku, ras, bahasa, budaya dan agama. Di dalam individu berkelainan pastilah dapat ditemukan keunggulan-keunggulan tertentu, sebaliknya di dalam setiap individu-individu pasti terdapat juga kecacatan tertentu, karena tidak ada makhluk yang diciptakan sempurna. Hal ini diwujukan dalam sistem pendidikan inklusif yang memungkinkan terjadinya pergaulan dan interaksi antar siswa yang beragam sehingga mendorong sikap yang penuh toleransi dan saling menghargai.

Secara konseptual, dengan diterapkannya pendidikan inklusif memungkinkan ABK bersekolah di sekolah manapun sesuai dengan keinginannya. Akan tetapi kenyataannya belum banyak sekolah di Indonesia yang siap menerima ABK dengan berbagai alasan baik alasan teknis maupun nonteknis. Tidak ada peralatan khusus, guru tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan mengajar ABK dan sebagainya yang sering menjadi alasan untuk tidak menerima ABK.

Pendidikan inklusi berdasarkan obyek:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun