Mohon tunggu...
Thommy Djun
Thommy Djun Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Longform Pada Jurnalisme Online Tirto.id

23 Oktober 2017   01:18 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:11 1323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Pengantar

Jurnalisme Media Online

Media massa yang kita kenal dulu sekitar tahun 1990-2000-an awal, tertuju pada media cetak dan penyiaran saja.  Televisi, koran, radio, dan majalah menjadi sumber informasi utama pada saat itu. Dikarenakan sebagai sumber informasi utama, maka media massa dianggap sebagai kekuatan besar dan itu bertahan hingga kini. Pada saat ini berlahan-lahan media massa seperti radio, cetak, dan televisi mulai ditinggalkan. Hal ini dikarenakan munculnya suatu media baru yang dikenal dengan kata "new media". 

New media di sini adalah media online yang berbasis di internet. Memang saat itu (pada tahun 1990-2000-an awal)  internet dan media online sudah ada, akan tetapi tidaklah semua orang tahu dan mengaksesnya seperti saat ini. Media online merupakan bukti perkembangan teknologi komunikasi. Hal ini tidak dapat kita hindari, sehingga media-media saat ini sangat ketat dalam persaingannya.

Sebenarnya perubahan pada media muncul sudah lama. Itu terjadi karena muculnya konsep tentang media baru yang secara deras mengalir pada akhir tahun 1980-an. Akan tetapi hal itu belum benar-benar mempengaruhi secara signifikan terkhusunya di Indonesia. Mungkin salah faktornya di karenakan teknologi untuk mengaksesnya saat itu masih sangat sulit di dapat. Pada saat ini media online merupakan konsumsi bagi para generasi muda saat ini. Media cetak berupa koran dan majalah sangatlah jarang dibaca oleh kaum muda. 

Generasi saat ini lebih memilih media online yang mudah di dapat dengan smartphone ketimbang membeli koran.  Digital natives, that is young people who will 'never know a world without ubiquitous broadband internet access', he underscored his contention that a generational shift was underway. we need  to realize that the next generation of people accessing news and information, whether from newspapers or any other source, have a different set of expectations about the kind of news  they will get, he declared (Stuart Allan. 2006, hal: 2).

Dengan munculnya media online, maka secara tidak langsung dunia jurnalistik turut berubah. Kemampuan media online dalam kecepatan dan distribusi berita, membuat para jurnalis mengubah caranya dalam menulis berita. When i started in journalism, i wrote one or two stories a week on a clunky mechanical typewriter - it was the last century but it really wasn't that long ago. now i write up to five or six blogs in a singel day, i broadcast on the BBC radio today programme, the BBC television ten o'clock news, as the broadcasting pillars of my output-and up to 20 or so other channels and programmes in a single day (Steve & Paul. 2014, hal: 11). 

Selain itu media online juga merupakan media yang bisa dikatakan media yang hemat. Ini dikarenakan biaya distribusi dan percetakan akan dipangkas dalam media online. By delivering news electronically, the internet  has the potential to slash the cost of production, reducing or completely removing the heavy costs of printing and distributing conventional newspapers. if those saving were recycled back into the newsrooms, to employ more journalists, we could start to reverse the process which has made the media so vulnerable to flat earth news (Steve & Paul. 2014, hal: 10).

Dengan adanya internet pemangkasan biaya produksi, mengurangi atau menghilangkan biaya cetak dan distribusi surat kabar konvensional tidaklah menjadi masalah. Sehingga sekarang bisnis media online sangat diminati. Dalam menerbitkan berita pada media cetak atau konvensional editor mempunyai peran yang sangat besar. Where news and information were tightly controlled by a few editor, who deemed to tell us what we could and sould know (Stuart Allan. 2006, hal: 2). 

Penulisan pada media konfensional juga sangat dipertimbangkan, apakah tulisannya mempunyai "kekhasan" atau tidak. "Para redaktur biasanya tidak hanya mempertimbangkan orisinalitas sebuah tulisan, tetapi juga sifat "kekhasan" tulisan yang melekat pada subjek" (Redi Panju. 1994, hal: 3). Akan tetapi ini berbeda dengan yang dituntut oleh media online. Para editor dan redaktur tidak terlalu mempermasalahkan isi tulisan dan kekhasannya. Sebab dalam media online yang paling diutamakan adalah soal kecepatan. Jika dalam berita yang diterbitkan sebelumnya ada kesalahan, maka hal itu bisa dikoreksi/diedit dan hal lainnya dengan membuat berita terkait (berita followup).

Para jurnalis media cetak dan jurnalis online mempunyai perbedaan yang cukup besar dalam hal menulis berita. Biasanya berita yang ada di media konvensional cetak dan majalah, memiliki jumlah kata yang banyak ketimbang media online. Media online biasanya lebih memilih berita yang hanya memiliki jumlah kata 100-300 kata saja. Memang ada beberapa kalanya di berita online terdapat berita yang sangat panjang dan mendalam. Biasanya berita yang panjang disebut Longform dan berita mendalam disebut Depth reporting. Berita-berita seperti Longformdan Depth reportingini mulai diminati di dunia jurnalistik online saat ini. Terlepas dari ciri khas media online yang mengandalkan kecepatan serta berita yang singkat, padat, dan jelas, serta banyak berita terkaitnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun