Mohon tunggu...
Thomas Je
Thomas Je Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis yang ingin ditulis

There's no Superman.....\r\n\r\n...menulis yang ingin ditulis....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Penyintas (Covid-19) adalah Kawan, Stigma adalah Lawan

18 Maret 2021   12:17 Diperbarui: 18 Maret 2021   16:12 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penyintas Covid-19 butuh dukungan dari orang sekitar untuk bisa cepat pulih.| Sumber: SHUTTERSTOCK/irem01 via Kompas.com

Saat sakit dan terutama di ruang ICU itu saya jadi berpikir, selain beratnya penyakit dan sesak napas yang mendera, penderita Covid-19 juga harus menghadapinya sendirian, saat sakit di rumah, maupun di rumah sakit dan saat meninggal. Tidak ada sanak saudara, keluarga ataupun sahabat-sahabat yang akan/boleh menemani sampai menuju liang lahat.

Sebagai gambaran, setiap hari saya mendengar beberapa pasien lain yang berteriak kepayahan karena sesak napas yang sangat berat, berdoa, dan suaranya mulai pelan lalu hilang di tengah malam. Besok paginya bunyi peti mati dipaku dan suara bor untuk menutup peti selalu terdengar, setiap hari.

Bersyukurlah kepada Tuhan atas kesehatan dan oksigen gratis yang kita bisa hirup dengan leluasa dan lega.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Bagaimana jika ada keluarga kita yang diketahui telah terinfeksi Covid-19? Silahkan menyimak tips berikut ini,

  1. Beli oximeter (harganya cukup terjangkau, ada yang dibawah 100ribuan) dan cek saturasi oksigen setiap beberapa jam sekali, apabila sudah turun hingga dibawah 95%, sebaiknya mempertimbangkan untuk segera ke IGD rumah sakit.
  2. Siapkan baju secukupnya untuk dibawa ke rumah sakit/tempat isolasi apabila keadaan memburuk
  3. Siapkan rencana paling cepat untuk ke IGD rumah sakit terdekat.
  4. Pastikan BPJS, asuransi kantor maupun asuransi pribadi semuanya aktif. Karena bisa jadi rumah sakit yang ditempati belum mempunyai kerja sama dengan asuransi atau dengan pemerintah/BPJS.
  5. Jika masih tersedia dan memungkinkan, carilah rumah sakit yang ditunjuk pemerintah untuk menangani pasen Covid-19, karena biaya sepenuhnya ditanggung pemerintah.
    Jika tidak ditanggung pemerintah, bisa habis puluhan bahkan ratusan juta seperti pengalaman beberapa artis yang beberapa waktu lalu terinfeksi Covid-19.
  6. Kita bisa mempertimbangkan juga untuk membeli tabung oksigen sekadar berjaga-jaga, saat sesak napas mendera di rumah.
  7. Penderita Covid-19 harus menginformasikan ke orang-orang yang bertatap muka dengan dia dalam jangka waktu 1 bulan sebelumnya.

Lalu apabila ada kenalan/rekan kerja kita sampai masuk rumah sakit dan dikarantina karena terinveksi virus ini, apa yang sebaiknya dilakukan?

  1. Alangkah baiknya jika tidak menelepon mereka, karena mereka kesulitan bernapas dan makin banyak mereka berbicara makin sesaklah napas mereka. Apabila ingin berkomunikasi dengan mereka, mungkin akan ebih baik bila menggunakan pesan teks/WA. Itupun dengan catatan pesan teks yang dikirim tidak terlalu banyak. Sebab bila terlalu banyak melakukan kegiatan (sekalipun mengetik) bisa membuat penderita Covid-19 sesak napas.
  2. Jangan dahulu memberikan mereka pekerjaan apalagi yang sampai membuat mereka berpikir keras. Karena makin keras mereka berpikir makin sesaklah napas mereka.
  3. Lebih baik membiarkan mereka beristirahat, karena mereka benar-benar butuh istirahat untuk memulihkan tubuh mereka. Apabila telepon atau chat ataupun email kita belum dibalas, harap sabar menunggu.
  4. Jika rumah sakitnya mengizinkan, silahkan mengirimkan makanan. Penderita Covid-19 membutuhkan banyak makanan bergizi untuk memulihkan tubuh mereka, saya sendiri turun hingga 11 kg hanya dalam waktu beberapa hari akibat terinveksi Covid-19 ini.
  5. Jangan pernah menyalahkan penderita Covid-19, apalagi memberondong mereka dengan pertanyaan "kamu bisa kena dimana?", "lah kok bisa?", "kamu mungkin yang tidak menjaga kesehatan". Karena tentunya tidak ada siapapun yang menghendaki penyakit sefatal ini.

Nah, untuk para penyintas, bagaimana perlakuan kita?

  1. Jangan memberikan stigma bahwa kami ini adalah penyakit menular yang harus dihindari.
  2. Kami sudah dinyatakan sembuh dan negatif dari virus Covid-19 ini, sudah tidak menularkan lagi kepada keluarga, tetangga, teman kantor, dan sebagainya.
  3. Sebagian dari kami, bahkan jumlahnya cukup banyak, saat ini mengalami apa yang disebut Long Covid-19. Long Covid adalah merupakan kondisi gejala Covid-19 yang dialami pasien yang telah sembuh dari virus Corona.

Gejala Long Covid-19: Saya kutip dari CNNIndonesia, disampaikan dari laman CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS), gejala long Covid-19 yang umum dilaporkan di antaranya:

  • Lemas
  • Napas Pendek
  • Batuk
  • Rasa sakit di persendian
  • Sakit pada dada
  • Sulit berpikir atau konsentrasi (brain fog)
  • Depresi
  • Gerd/asam lambung
  • Sakit pada otot
  • Sakit kepala
  • Insomnia
  • Demam
  • Jantung Berdebar

*saya masih rasakan 9 poin di atas sampai sekarang, datang dan pergi.

Kemudian untuk komplikasi lebih serius jarang dilaporkan. Komplikasi akan terjadi pada organ-organ lain, termasuk:

  1. Kardiovaskular, inflamasi pada otot jantung
  2. Pernapasan, fungsi paru-paru abnormal
  3. Ginjal, cedera ginjal akut
  4. Dermatologi, ruam kulit, rambut rontok
  5. Sistem saraf, masalah penciuman dan pengecap, masalah tidur, sulit konsentrasi dan gangguan memori
  6. Kesehatan mental, depresi, cemas, perubahan mood

Beberapa rekan dan teman bahkan menganggap penderita Long Covid ini mengada-ada saja, kurang inilah, kurang itu lah, tanpa mempedulikan "penderitaan" kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun