Mohon tunggu...
Thomas Ara Kian Boli
Thomas Ara Kian Boli Mohon Tunggu... Guru Kampung Adonara Tengah

LOPO SEBURI - SMARTENG

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Bekal di Tangan, Harapan di Hati : Cerita dari Lembah Kenotan_SMAN 1 Adonara Tengah

7 Oktober 2025   12:09 Diperbarui: 7 Oktober 2025   12:09 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kaki lembah gunung seburi ,Pulau Adonara Flores Timur, saat mentari baru menyapa atap-atap seng yang berkilau, SMAN 1 Adonara Tengah memulai hari-hari barunya. Sekolah ini, seperti perahu yang menambatkan sauhnya di pelabuhan waktu, kini sedang berlayar dengan arah baru menuju samudra perubahan bernama Full Day School. Ketika embun pagi masih menempel di dedaunan dan aroma Kopi Lite belum sepenuhnya tersapu angin, halaman SMAN 1 Adonara Tengah mulai ramai oleh langkah kaki para siswa. Suasana itu tidak seperti biasanya. Sejak awal tahun pelajaran 2025/2026, ada kebiasaan baru yang terlihat mencolok: setiap siswa membawa bekal makanan sebuah pertanda bahwa hari mereka akan lebih panjang dari sebelumnya.

Tepat pada awal tahun pelajaran 2025/2026, ketika angin Juli mulai berembus lembut dari arah selatan, sebuah keputusan besar diambil. Di bawah komando kepala sekolah baru, Bapak Yosep Tua, S.Pd., sekolah ini resmi menerapkan sistem lima hari sekolah. "Kita ingin menyiapkan generasi yang tidak hanya cerdas dalam ilmu, tapi juga tangguh dalam karakter. Full Day School bukan soal duduk lebih lama di kelas, tapi tentang memberi ruang bagi anak-anak kita bertumbuh lebih utuh," ungkap Bapak Yosep, dengan mata yang memancarkan keyakinan seperti pelita di malam kelam.

Dan benar saja, perubahan itu terasa bukan hanya di jadwal pelajaran, tapi juga dalam ritme hidup seluruh warga sekolah. Di setiap pagi, terlihat siswa-siswa berjalan beriringan dengan tas di punggung dan bekal di tangan. Bekal yang dibawa bukan sekadar makanan, tapi seakan jadi simbol kebersamaan dan kesiapan menyongsong hari yang panjang.

Di ruang guru, suasana pun berbeda. Para guru, meski lelah, terlihat lebih dekat satu sama lain. Ada canda, ada diskusi, ada pelukan solidaritas antar-rekan sejawat yang kini berbagi waktu lebih lama di sekolah. Ibu Theresia Perada Sina , guru PPKn, menyampaikan kesannya:"Awalnya  kami ragu. Tapi sekarang, kami merasa seperti keluarga yang benar-benar hidup bersama. Siswa pun lebih terbuka, lebih aktif, dan punya waktu untuk pengembangan diri yang sebelumnya sulit dilakukan."

Guru-guru pun tak kalah merasakan dampaknya. Mereka kini memiliki waktu lebih panjang bersama siswa. Tak hanya di ruang kelas, tapi juga dalam interaksi sosial sehari-hari. Ibu Alfreda Nogo Igo, S.Pd , guru Bahasa Inggris, mengatakan bahwa hubungan guru dan siswa menjadi lebih dekat. "Kami lebih mengenal karakter siswa. Yang biasanya pendiam di kelas, ternyata aktif saat ikut kegiatan sore. Ada ruang untuk mereka menunjukkan potensi di luar pelajaran," ucap Ibu Alve yang lagi makan bersama anak walinya di kelas XII F5

Foto : Arakian/Hlmn smarteng
Foto : Arakian/Hlmn smarteng

Di sela waktu istirahat, siswa berkumpul di bawah pohon jambu,pohon kersen dan bahkan  semua setia menunggu di halaman sekolah. Jarum Jam tegak lurus 12.00 pertanda Doa Anjelus bagi umat kristiani dan sholat bagi umat muslim. Pukul 12.30 waktu makan siang tanda lonceng dibunyikan oleh piket, antara guru dan peserta didik ada yang membuka kotak makan berisi nasi dan lauk sederhana, ada yang berbagi gorengan, bahkan ada yang saling mencicipi masakan dari rumah teman. Momen ini seperti "pesta kecil di tengah hari panjang", di mana tawa dan cerita menjadi bumbu pelengkap.

Maria Afrian Ina Keneka, siswi kelas XI F3, mewakili suara teman-temannya pun menuturkan demikian: "Dulu jam 1 siang kita sudah pulang, sekarang sampai jam 15.45sore, yah kurang lebih jam 4 . Tapi justru di sini kami merasa lebih dekat satu sama lain. Kami belajar, bermain, makan bersama. Sekolah bukan hanya tempat belajar, tapi rumah kedua kami."

Dan begitulah, di SMAN 1 Adonara Tengah, hari-hari kini tidak lagi seperti dulu. Full Day School bukan hanya perubahan waktu, tapi juga transformasi cara berpikir dan merasakan. Seperti ladang yang disiram lebih lama, tunas-tunas muda di sekolah ini sedang tumbuh dengan akar yang lebih kuat---berbekal semangat, disiplin, dan harapan.

"Kami percaya, bekal terbaik untuk masa depan bukan hanya pengetahuan, tapi pengalaman belajar yang bermakna," tutup Bapak Yosep dengan senyum tenang yang menandakan perjalanan baru ini akan terus berlanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun